Kangen jumpa teman-teman yang sudah lebih dari tiga tahun tidak bertemu membuat saya memutuskan untuk ikut menghadiri acara Komunitas Penggila Kuliner (KPK) Kompasiana, yang diketuai Pak Rahab Ganendra. Apalagi bertempat di Agrowisata Organik Mulyaharja, Bogor Selatan Kota Bogor, lokasi yang belum pernah saya dan keluarga kunjungi.
Meski saya tinggal di kampung, suasana sawah dan lingkungannya tidak begitu aneh tapi saya semangat datang ke acara Temu Kangen ini demi pertemuan yang sekian lama tidak terjalin itu.
Meski tidak saya pungkiri juga makan bersama hidangan khas Sunda di area persawahan sangat menggugah selera dan selalu dinantikan. Apalagi ini makannya berjamaah disertai cerita yang dipastikan terjamin keseruannya. Ikan, lalap sambal dan nasi liwet sepertinya sudah melambaikan tangan ingin segera disantap.
Tidak disangka di acara Temu Kangen ini banyak kisah yang baru saya ketahui secara selama ini saya memang tidak begitu update dengan perkembangan dan kondisi semua cerita teman-teman. Apalagi saat pandemi kegiatan offline hampir tiada, dan saya semakin menjauh dari kabar semuanya. Hanya saat ada acara offline seperti di Temu Kangen ini, saya baru bisa mengetahuinya.
Kabar kepergian sahabat sekaligus senior menulis di Kompasiana, Pak Diaz Dizman sangat mengejutkan saya. Acara Temu Kangen ini pun jadi sebuah renungan untuk saya dan semua peserta Temu Kangen yang ikut hadir. Bahwasanya itulah kehidupan, kita tidak akan tahu bagaimana selanjutnya. Mempersiapkan diri sebaik-baiknya mungkin itu yang hanya kita bisa lakukan.
Pikiran saya langsung melayang pada saat pertemuan pertama dan ternyata pertemuan terakhir juga dengannya pada saat acara Klik di Cisarua Bogor.
Saat itu Pak Diaz membawa putrinya yang seusia putra saya, Fahmi.
Siapa sangka saat itu putri Pak Diaz dan Fahmi berteman akrab. Mungkin tidak tertarik dengan dunia para orang dewasa makanya mereka jadi seolah teman dekat sekian lama, padahal mereka baru bertemu malam itu saja. Acara di Cisarua saat itu memang menginap di sebuah villa.
Banyak ilmu yang Pak Diaz bagikan saat itu. Bagaimana kisahnya menjadi seorang traveler hingga melahirkan sebuah buku berjudul Manusia Bandara.
Sisi lain yang bisa saya tangkap dari Pak Diaz saat itu sosoknya yang sangat menyayangi keluarga, dan begitu sabar menghadapi putrinya.