gaulislamedisi 262/tahun ke-6 (13 Dzulhijjah 1433 H/ 29 Oktober 2012) Ayolah kawan, kalian harus serius dengan kegiatan yang satu ini: belajar. Judulnya sih ajakan buat anak cowok, tapi buat anak cewek (girl) juga sebenarnya berlaku. Tetapi bukan berarti saya menyamakan istilah boy buat anak cewek juga lho. Ini sekadar judul saja. Sekaligus penekanan bahwa pada faktanya emang banyak anak cowok yang kurang serius belajar ketimbang anak cewek. Bener nggak? Ayo ngaku! *ssstt… jangan asal tuduh. Hehe… Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Alhamdulillah sebenarnya masih cukup banyak yang serius belajar. Namun kayaknya dari segi jumlah kalah banyak dengan yang malas belajar dan nggak serius belajar. Buktinya apa? Yes, kita preteli satu persatu, Bro en Sis. Apa saja itu? Pertama, pacaran. Ya, kamu pernah kepikiran nggak lalu nanya pada diri sendiri: kok yang pacaran kenapa makin marak ya? Hmm.. jawabannya adalah: itu karena mereka masih mentingin hawa nafsu dan menyingkirkan fokusnya dari belajar. Sebab, pada faktanya emang pacaran itu mengganggu belajar. Bener lho. Memangnya kalo yang pacaran itu nggak harus mikirin pacarnya? Cuma gandengan tangan pas pergi dan pulang sekolah? Nggak lah. Mereka juga harus mikirin pulsa telepon, kudu mikirin rencana jalan-jalan, beli pakaian, menganggarkan untuk membeli kosmetik, dan seabrek rencana lainnya yang jelas di luar pelajaran sekolah. Itu kan sama aja memikirkan kegiatan yang semestinya nggak perlu. Lebih oke kan energinya dan dananya buat kepentingan belajar dan sekolah. Makin keren lagi kalo kamu masih mikir temen yang nggak bisa sekolah karena nggak punya dana, atau bercermin kepada mereka yang harus bela-belain kerja setelah pulang sekolah untuk nambah uang jajan atau bayar SPP. Ketika saya membina workshop jurnalistik di sebuah pusdiklat, saya dan kawan instruktur lainnya meminta kru redaksi majalah di lembaga itu untuk reportase seputar remaja yang harus sekolah tetapi sambil bekerja. Terharu banget dengan hasil reportase kru redaksi. Ada anak yang harus jual kantong keresek di pasar, kerja jadi tukang cuci motor, ada yang juga tukang parkir. Coba, kamu siap nggak hidup begitu? Bagi mereka, yang dipikirkan adalah bagaimana bisa sekolah, bayar sekolah dan bisa bantuin meringankan beban ortunya. Rasa-rasanya nggak kepikiran deh mereka untuk bisa pacaran. Lagian, siapa pula yang mau pacaran sama remaja yang sibuk nyari nafkah buat diri dan keluarganya? Kalo nggak percaya, sekali-kali kamu tengok kegiatan kawan-kawanmu yang seperti itu. Atau, asah kepekaanmu dengan mengamati keseharian teman sekolahmu. Supaya kamu bisa merasakan betapa berharganya kamu bisa belajar di sekolah impian. Itu sebabnya, sayang banget kan kalo kamu bisa sekolah di tempat yang keren tetapi kamu malah pacaran ketimbang belajar serius. Kedua, tawuran. Aduuh nggak banget deh. Malulah kau sama temenmu yang mengerahkan segenap tenaganya untuk bisa nyari nafkah buat meringankan beban ekonomi keluarganya. Malu pula sama anak-anak Palestina yang setiap hari memikirkan bagaimana caranya melempar batu untuk melawan serdadu Yahudi Israel. Bercerminlah pada mereka yang memilih menjadi pengemban dakwah di usia muda. Mereka yang bisa jaga diri, bisa menjadi kebanggaan ortunya, dan bisa mengajak teman sekolahnya yang masih amburadul akhlaknya untuk mau belajar dan memahami Islam serta mengamalkannya. Buat kamu yang masih suka tawuran, apakah tidak kepikiran untuk jadi anak baik-baik? Hormati dan sayanglah pada ortu kalian yang udah bayarin SPP tiap bulannya, ngasih uang jajan, juga ongkos agar bisa berangkat ke sekolah tanpa harus jalan kaki. Empatilah sama ayahmu yang rela berpanas-hujan jualan di pasar demi membiayai sekolahmu dan menggantungkan harapan setinggi langit agar kamu kelak jadi anak yang sukses mendapat kehidupan yang layak dengan ilmu yang kamu pelajari di sekolah. Tapi, akan kecewalah mereka ketika kamu ditahan di kantor polisi gara-gara tawuran, atau malah meringkuk di rumah sakit, sekarat dengan bekas luka-luka di sekujur tubuhmu. Sadarlah! Ketiga, hura-hura. Ya Allah, anak sekolah macam apa kalo kamu hobinya dugem, hura-hura, pindah dari satu pesta ke pesta lain, adu gengsi soal harga diri. Hmm.. kasihan ortumu yang udah memfasilitasimu dengan segala pernik kesenangan hidup. Saya sebenarnya sering prihatin, ngeliat banyak pelajar SMA yang bawa kendaraan sendiri ke sekolah, handphone mahal berkelas tinggi, laptop yang paling keren dia punya, jam tangan mewah, pakaian merek terkenal. Jika orang yang jahat mau menghitung harta yang kau bawa, rasanya mereka bisa menjadikan kamu sebagai sanderanya demi berharap uang tebusan puluhan juta rupiah dari ortumu. Ah, rasanya kadang hidup ini timpang dan bikin kita tersenyum getir. Gimana nggak, banyak anak yang susah dapat akses pendidikan, meski yang murah sekalipun karena ortunya tak mampu membiayai. Bagi anak yang semangat belajarnya tinggi, dia akan cari cara gimana bisa belajar dan dapatkan pendidikan. Mulai dari nyari beasiswa, nyari donatur, bahkan bekerja untuk mendapakan uang agar bisa digunakan membiayai sekolahnya. Kamu pernah baca novel atau nonton film “Sang Pemimpi”? Kalo kamu bercermin dari kehidupan tiga tokoh dalam cerita itu, rasanya bisa bikin semangatmu berapi-api tertular semangat juangnya Arai, Ikal dan Jimbron. Kerenlah pokoknya. Mereka harus belajar sekaligus nyari uang buat menyambung hidup karena jauh dari orang tua mereka, ditambah upaya untuk mewujudkan mimpinya bisa sekolah yang lebih tinggi hingga ke luar negeri. Semangat belajar dan mimpi mengejar cita-citanya patut dicontoh. Lalu, bagaimana dengan kamu? Contohlah para ulama Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Hmm.. kalo kita ngomongin soal kehebatan para ulama dalam mencari ilmu. Rasa-rasanya bakalan bikin kita semangat. Saya merasa bahwa para ulama (sebelum menjadi ulama) kemungkinan besar membaca hadits Rasulullah saw. Misalnya Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa menempuh jalan yang padanya dia menuntut ilmu, maka Allah telah menuntunnya jalan ke surga.” (HR Muslim) Dalam hadits lainnya, Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya malaikat itu membentangkan sayapnya pada orang yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang ia lakukan.” (HR Ahmad, Ibn Hibban, dan Hakim) Wuih, hadis keren banget nih. Kabar gembira para pencari ilmu macam kita-kita ini, Bro en Sis. Subhanallah, betapa mulianya orang-orang yang ditunjuki jalan untuk mencari ilmu, khususnya ilmu agama Islam. Di masa lalu, ada ulama yang tetap tenang—bahkan sempat berpikir dan belajar—meski di hadapan singa. Ulama tersebut adalah Abul Hasan Bunan bin Muhammad bin Hamdan. Ya, beliau adalah salah seorang ulama yang dikenal banyak memiliki karomah. Suatu saat karena dia berani mengingkari Ibnu Thulun, maka dia dihukum dan dicampakkan di depan singa. Sang singa pun menciuminya tetapi anehnya dia tidak menerkam Abul Hasan. Akhirnya, dia dibebaskan. Orang-orang merasa heran dengan kejadian tersebut. Seorang pernah bertanya kepada beliau: “Bagaimana perasaan Anda tatkala berada di depan singa?” Beliau menjawab: “Saya tidak cemas sama sekali, bahkan saat itu saya sedang memikirkan tentang air liur binatang buas serta perbedaan pendapat di kalangan ulama ahli fiqih, apakah suci ataukah najis!” (al-Bidayah wa Nihayah 12/158 karya Ibnu Katsir) Sobat, rasanya jaman sekarang agak sulit nyari orang yang mau belajar dan untuk mendapatkannya kudu merasakan ‘siksaan’ terlebih dahulu. Hah? Siksaan? Hehehe.. nggak lah. Maksudnya, mirip siksaan. Tepatnya pukulan dan tendangan. Mau tahu kisahnya? Begini nih… dalam biografi Hisyam bin Ammar disebutkan bahwa dia pernah masuk ke ruangan Imam Malik tanpa izin seraya mengatakan: “Ceritakanlah kepaku hadits.” Imam Malik mengatakan: “Bacalah.” Hisyam berkata: “Tidak, yang saya inginkan adalah engkau menceritakan kepadaku hadits.” Tatkala Hisyam sering mengulang-ngulang hal itu, maka Imam Malik mengatakan: “Wahai pelayan, pukullah dia sebanyak lima belas kali.” Pelayan pun memukul Hisyam lima belas kali lalu membawanya kepada Imam Malik. Hisyam berkata kepada Imam Malik: “Kenapa engkau menzhalimiku? Engkau telah memukulku tanpa dosa yang kuperbuat. Aku tidak menghalalkanmu.” Imam Malik berkata: “Terus, apa tebusannya?” Hisyam menjawab: “Tebusannya adalah engkau menceritakan kepadaku lima belas hadits.” Maka beliau pun menceritakan lima belas hadits kepada Hisyam. Hisyam berkata lagi kepada Imam Malik: “Tolong tambahi lagi pukulannya sehingga Anda menambahi lagi hadits untukku.” Mendengar itu, Imam Malik tertawa seraya mengatakan: “Pergilah kamu.” (Siyar Alam Nubala 3/4093 karya adz-Dzahabi, cetakan Baitul Afkar) Kisah lain, yakni saat rihlah (perjalanan jauh untuk menuntut ilmu) yang dilakukan oleh Yahya bin Ma’in dan Ahmad bin Hanbal. Dikisahkan, ketika mereka hendak pulang, mereka singgah di Imam Abu Nu’aim Fadhl bin Dukain karena Yahya bin Ma’in ingin mengetes hafalannya. Setelah Imam Abu Nu’aim tahu bahwa dirinya sedang dites, maka dia menendang Yahya bin Ma’in. Akhirnya, Imam Ahmad berkata kepada Yahya: “Bukankah sudah kukatakan kepadamu jangan mengetesnya karena dia adalah seorang yang kuat hafalan-nya.” Yahya berkata: “Demi Allah, sungguh tendangannya lebih aku sukai daripada semua perjalananku ini.” (ar-Rihlah fi Tholabil Hadits hlm. 207 karya al-Khathib al-Baghdadi) Okelah Boys and gals, ini sekelumit saja cerita dari ratusan cerita menarik seputar semangat belajarnya orang-orang hebat, yakni para ulama. Kita, layak mencontoh mereka. Jadi, ayo fokuslah belajar, Bro en Sis! Semoga ilmu yang kau raih bermanfaat dan barokah. Semangat! [solihin | Twitter @osolihin]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H