Mohon tunggu...
Sr. Gaudensia Habeahan OSF
Sr. Gaudensia Habeahan OSF Mohon Tunggu... Guru - Biarawati
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hidup ini indah, seindah saat kita dapat berbagi dengan sesama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengubah Sudut Pandang pada Diri

10 Oktober 2020   11:20 Diperbarui: 10 Oktober 2020   11:22 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada seorang teman yang tiba-tiba gelisah dan tidak tenang ketika dia melihat kabar dari  wa group alumni sekolahnya. Dia melihat dan mendengar bahwa teman-teman seusianya  sudah mejadi orang-orang yang sukses. Dia mulai dikuasai rasa gelisah dan minder ketika dia melihat di group wa ada teman-temannya yang merayakan kesuksesan nya. 

Lalu dia mulai berpikir dan bertanya-tanya. Apa yang kurang pada diriku ? Dia mulai merasa rendah diri,mulai menyalahkan dirinya karena tidak bisa meraih seperti yang diraih oleh teman-temannya. Dia juga mulai menyalahkan orang tuanya yang tidak bisa menyekolahkan dirinya seperti teman-temannya yang sukses dalam pendidikan. 

Bahkan dia juga mulai menyalahkan saudara-saudara nya karena dianggap merekalah yang menjadi penyebab  sehingga ia tidak bisa melanjutkan pendidikannya. Sehinggd ia sampai pada kesimpulan  bahwa saya tidak bisa sampai pada jenjang pendidikan yang tinggi seperti mereka karena ada orang-orang ini yang tidak mendukung saya.

Apa yang bisa saya refleksikan dari kisah tersebut. Teman saya itu menjadi gelisah ketika mendengar dan melihat  kesuksesan teman-teman seusianya. Dalam peristiwa kehidupan setiap hari hal ini sering terjadi. 

Aneka perasaan muncul ketika melihat orang lain lebih dari pada saya. Ketika larut dalam perasaan itu sama halnya menjatuhkan diri kedalam jerat kegagalan.

Saya tidak bisa mengubah fakta. Faktanya ialah bahwa saya sedang  tidak berhasil saat ini. Fakta yang lain adalah bahwa orang lain  lebih berhasil dari pada saya. Saya tidak bisa mengubah fakta ini. Yang bisa saya ubah ialah penafsiran saya tentang fakta/keadaan  yang sedang ada pada diriku saat ini.

Demikian juga hidup yang indah,hidup yang membahagiakan bukan dilihat oleh fakta apa yang sedang terjadi pada hidup. Tapi dilihat dari bagaimana cara saya memaknai fakta-fakta yang terjadi pada hidupku. Kemampuan saya dalam memaknai fakta yang sedang terjadi akan membawa saya pada satu titik terang menuju keberhasilan atau kesuksesan. 

Oleh karena itu bagaimana saya bisa hidup bahagia dan damai dalam menjalani hidup ?  Caranya gampang dan tidak rumit yaitu dengan cara mengubah sudut pandang saya terhadap diriku. Mengatakan pada diri bahwa "saya mau dan saya bisa". Mengangkat martabat diri yang juga layak mendapatkan keberhasilan seperti mereka. Tentu hal ini harus dibarengi dengan usaha dan keyakinan.

Sebutir intan tak lebih dari secuil batu demikian juga sebaliknya secuil batu akan sangat lebih berharga dan terasa sepeti permata kalau kita memaknainya dengan cara yang berbeda. Saya akan melihat permata pada diriku jika saya  mampu  mengubah sudut pandang terhadap diriku.

Semoga bermanfaat..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun