Yang menurut kita enak belum tentu sebenarnya enak dan yang menurut kita tidak enak belum tentu juga tidak enak.Â
 Setiap sabtu sore saya selalu pergi ke super swalayan untuk belanja toko. Seperti biasanya saya akan membelanjakan kebutuhan pribadi para saudari dan juga kebutuhan rumah seperti sos pel,sunlight,rinso dan lain-lain. Ntah kenapa,menjadi suatu kebiasaan untuk saya melirik-lirik barang yang baru sekalipun itu tidak saya butuhkan. Kadang juga muncul keinginan untuk mencoba kemasan baru.
Sementara saya berjalan di koridor toko,saya bertemu dengan seorang sahabat lama saya. Kami dulu satu team waktu SMA,tapi sekarng sahabat saya itu sudah berumahtangga dan sudah punya 2 anak satu laki dan satu perempuan. Dan keduanya sudah duduk dibangku SD. Sembari melepas rindu kami duduk diemperan toko sekaligus menikmati kopi hangat.
Sahabat saya itu mulai berkisah tentang perjuangannya sejak memulai hidup rumah tangga hingga punya anak dan perjuangannya hingga saat ini tak lepas dari pengalaman suka duka. Ada saat nya dimana dia harus tegas,marah,baik dan berpura-pura. Lalu saya bertanya mengapa kamu melakukan hal itu ? Karena saya menganlmu sejak dulu bukanlah orang yang suka berpura-pura. Dia tersenyum manis melihat saya. Pura-pura bahagia suster katany,,,OMG.
Dari semua sharingnya yang paling menarik ialah bahwa saat ini dia tidak mengiinginkan harta atau kekayaan,ketenaran,jabatan dan lain-lain itu. Dia hanya menginginkan kesehatan dan tetap bertahan hidup  di masa pandemi ini. Biarpun hanya tahu tempe setiap hari tidak jadi masalah untuknya, penampilannya yang sederhana tidak jadi soal,pakaiannya mungkin itu-itu aja juga tidak apa-apa. Yang penting keluarga tetap sehat dan anak-anak dapat sekolah. Salut..
Untuk saya sendiri pengalaman itu menjadi refleksi untuk saat ini. Katakanlah keberadaan saya atau kita yang seperti ini cukup sehat dan cukup makan tapi toh menginginkan yang lain. Misalnya, aku ko gini-gini aja,teman-temanku sudah pada punya sepeda lipat masa aku belum. Menu stiap hari tahu teruss,bosan akh!!! Yang lain sudah pada weekend ko kita dirumah terus. Â Pasang AC ketika mulai gerah. Dan masih banyak lagi yang kita keluhkan saat melihat orang lain lebih dari kita dan seolah menganggap hal itu adalah kebutuhan yang mendesak. Atau bahkan menginginkan hal-hal yang sebenarnya tidak kita butuhkan / perlukan untuk mempertahankan hidup . Hidup yang kita keluhkan adalah hidup yang mereka impikan
Akan tetapi mereka yang masih berada di tahap yang secukupnya bahkan mereka yang berkekurangan  melihat kita serba berkecukupan bukan berkelimpahan ya,mendambakan hidup seperti yang kita rasakan saat ini. Merindukan situasi yang mendatangkan kebahagiaan dimana satu dengan yang lain dapat saling berbagi kebahagiaan. Memiliki tempat tinggal yang nyaman dan kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi.Â
Ya, Ukuran bahagia manusia tidak jauh dari bersabar dan bersyukur. Teruntuk semua para pejuang kehidupan, terima kasih karena tidak pernah menyerah. Jangan pernah berhenti walau langkahmu terasa semakin berat.
Mungkin di ujung nanti, banyak hal-hal baik yang menanti untuk kalian jemput.Maju terus bersama Tuhan, jalani hidup ini dengan berserah penuh pada-Nya.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H