"Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu." (Luk 6:39-42) .
Tadi sore saya menonton sebuah video di facebook yang isinya tentang hadirnya pihak ketiga dalam sebuah rumah tangga yang baru. Video ini menuai banyak komentar dari netizen.Â
Saya mencoba membaca dan mengamati komentar-komentar pada postingan itu.Banyak komentar yang bernadaa positif dan negatif. Â Setelah saya baca, saya kembali merenungkan ,apalah arti sebuah komentar ?Â
Dapatkah sebuah komentar memulihkan suatu keadaan atau membawa perubahan . Mungkin saja bisa ketika itu disampaikan secara langsung dan hadir dalam konteks pembicaraan karena akan mengetahui jalannya suau cerita/peristiwa.Â
Akan tetapi jika itu hanya lewat tulisan dan barang kali tidak mengenal siapa yang pembuat konten,barangkali kecil kemungkinan hal itu terjadi.Â
Berkomentar adalah bagian dari kebiasaan setiap orang. Saya atau kita adalah orang-orang yang pernah memberikan komentar baik secara langsung maupun melalui tulisan. Bahkan di media sosial diberi tempat atau diberi ruang untuk berkmentar. Orang bisa mengomentari apapun dan cara bagaimanapun.
Kalau kita pernah mendengar komentar orang-orang atau membaca komentar di media sosial,kita bisa melihat bahwa ada beberapa model atau pola komentar-komentar tersebut tergantung cara orang menanggapinya.Â
Biasanya komentar-komentar itu bersifat insiratif,apresiatif,evaluatif,dan solutif. Eh,saya lupa ada juga yang negatif,komentar jenis ini biasanya disebut dengan 'nyinyir' he..he..he..
Kalau kita bisa hafal,yang komentar siapa dan komentarnya bagaimana kita bisa mengetahui karakter seseorang dari komentar tersebut. Karena komentar yang muncul biasanya mewakili apa yang ada dalam diri orang tersebut. Satu ayat Injil hari ini yang berbicara tentang kebiasaan saya yaitu,Â
" Mengapa engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? " Melihat kesalahan orang lain itu lebih enak dibanding melihat diri ini. Padahal sebenarnya hal yang mendasari tindakan ini  adalah rasa cemburu dan iri hati. Mengapa orang lain bisa dan saya tidak ?
Lewat ayat Injil ini saya diajak untuk terus belajar,sebelum saya mengomentari apa yang ada diluar diri saya. Karena ketika saya  berkomentar tanpa melakukan introspeksi diri atau mawas diri terlebih dahulu,maka saya termasuk pada bilangan orang-orang yang munafik. Berkmentar tanpa melihat diri,atau berkomentar asal-asalan ( asbun)