Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sudah Saatnya Ahok Bercermin Diri

12 Maret 2016   09:42 Diperbarui: 12 Maret 2016   10:50 2465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ahok dan kawanannya terus saja menumpuk musuh. Setelah menyerang sana-sini yang dianggap lawan, parpol-parpol pun dijotosi dengan deparpolisasinya. Tentu saja hal ini bikin gusar semua parpol di Indonesia, tentu saja kecuali Nasdem. Belum selesai dengan melawan semua parpol, kali ini Ahok dan kawanannya menyerang semua kepala daerah yang terpolih lewat jalur parpol. Seharusnya Ahok dan kawanannya itu berpikir panjang lebih dulu sebelum melancarkan serangan-serangan itu.

Ahok dan kawanannya boleh-boleh saja menggunakan isu deparpolisasi untuk memposisikan dirinya tidak diminati oleh parpol yang dtudingnya kemaruk, dikeroyok parpol, dan lain sebagainya. Tapi, di belakang isu deparpolisasi itu justru sangat membayakan bagi Ahok sendiri. Misalkan, katakanlah isu ini berhasil, siapa yang diundtungkan. Tentu saja yang diuntungkan adalah parpol dengan kader dan simpatisannya yang militan. Dan, satu-satunya parpol dengan kader dan simpatisannya yang militas hanyalah PKS. Kader dan simpatisan PKS tidak peduli dengan borok-borok partainya. Malah ketika dibohongi elitnya lewat isu konspirasi zionis pun alit PKS manggut-manggut saja. Apa Ahok dan kawanannya punya rencana menominasikan PKS di parlemen?

Dan, kalau pada akhirnya, parpol tidak lagi dipercaya oleh rakyat. Dalam artian kampanye Ahok dan kawanannya ini berhasil. Akibatnya, DPR RI dan DPRD nantinya akan kosong. Lalu siapa yang menjadi legislatif di negara ini?

Kalau Ahok dan kawanannya tidak lagi mengendaki adanya unsur legislatif di negara ini. Usulkan saja untuk mengamandemen UUD dengan menghapus “DPR” dari pasal-pasalnya. Untuk itu coret juga pemilu legislatif dari agenda nasional. Tanpa parpol, kepala negara bisa dipilih oleh lembaga semacam majelis. Nah, karena di Indonesia, Majelis Permusyawaratan Rakyat juga didominasi oleh parpol yang sudah dihilangkan, maka aggota majelis dipilih sendiri oleh Ahok dan kawanannya. Ini mirip-mirip dengan kekhilafahan yang diidamkan oleh pemimpi negara Islam seperti HTI dan kader dakwah, termasuk kelompok-kelompok teroris. Apakah Ahok dan kawanannya puna cita-cita ke sana? Kalau memang itu cita-citanya, mari kita lawan!.

Dan kenapa pula Ahok dan kawanannya menuding-nuding kalau kepala daerah yang maju lewat jalur parpol dimintai mahar? Silahkan bertanya-tanya dulu, berapa persen dari seluruh kepala daerah yang dimintai mahar oleh parpol.

Kalau sosoknya berkualitas dan dicintai oleh rakyatnya, seperti Risma dan Kang Emil, dan tentu saja masih berderet lagi nama-nama lainnya, apa parpol meminta mahar dari mereka? Bagi parpol tokoh-tokoh seperti Risma dan Kang Emil meruoakan aset yag harus dikuasai. Jadi, tanpa mahar pun dengan senang hati parpol akan menggusungnya. Bahkan tidak sedikit parpol yang memperebutkan tokoh-tokoh berkelas itu.

Nah, kalau Ahok dimintai mahar oleh parpol, lebih baik sekarang juga Ahok dan kawanannya itu bercermin diri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun