Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Soal Pasemon, Pak SBY Lebih Jago Ketimbang Pak Jokowi

21 Maret 2016   09:49 Diperbarui: 21 Maret 2016   10:48 3260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Banyak yang bilang kalau blusukan Pak Jokowi ke Hambalang merupakan pasemon untuk menyentil Pak SBY yang sepanjang Tour de Java kerap kali main sandar-sindir pemerintahan Jokowi.

Pasemon merupakan cara unik masyarakat Jawa dan Sunda untuk menyindir tingkah laku seseorang yang dianggap kurang bisa menempatkan diri atau membawa diri.

Dalam pandangan penulis, soal pasemon, sebenarnya Pak SBY lebih jago ketimbang Jokowi. Kalau Pak Jokowi hanya bisa mem-pasemon-i orang lain, Pak SBY mampu mem-pasemon-i dirinya sendiri. Kehebatan Pak SBY dalam ber-pasemon kepada dirinya sendiri ini setara dengan orang yang mampu menertawakan dirinya sendiri. Seseorang yang bisa menertawakan diri sendiri ketika ia membuat kesalahan sebenarnya adalah ciri-ciri orang yang optimistis dan mood-nya dapat terjaga dengan baik. Begitu juga dengan Pak SBY.

Dan, inilah pasemon Pak SBY untuk dirinya sendiri yang tertangkap basah oleh penulis.

Pada 19 Juli 2012 Pak SBY menyodorkan pilihan kepada menteri-menterinya apakah memilih jabatan di Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II atau partai politik. Dan, bagi menterinya yang memilih menyibukkan diri di parpol, Pak Presiden memintanya untuk mengundurkan diri.

"Bagi Saudara yang memang tidak bisa membagi waktu dan harus menyukseskan tugas politik, partai politik mana pun, saya persilakan baik-baik untuk mengundurkan diri," kata Presiden ketika membuka Sidang Kabinet Paripurna di Kantor Presiden, Jakarta. Seperti yang diberitakan  Kompas 

Tapi, setelah terjadi kisruh di internal partai yang dibinanya, Pak SBY melupakan pilihan yang pernah diajukannya kepada para menterinya. Pak SBY pun memilih takdirnya untuk menggantikan Anas Urbaningrum (Senior Pak SBY dalam kepengurusan DPP Partai Demokrat) sebagai Ketua Umum Partai Demokrat dalam Kongres Luar Biasa Demokrat pada 30 Maret 2013.

“Saya telah memutuskan biarlah saya dikritik dan diserang dari pada Partai Demokrat bertambah susah. Barangkali ini takdir saya," kata Pak SBY seperti yang dikutip Tempo

Menarik bukan? Di satu sisi Pak SBY meminta menterinya yang memilih sibuk di parpol untuk mengundurkan diri kabinet, eh Pak SBY sendiri yang malah menyibukkan dirinya di parpol. Bukan hanya itu saja, Pak SBY malah menunjuk Menteri Perhubungan. E.E Mangindaan sebagai Ketua Harian Dewan Pembina Partai Demokrat untuk membantu tugas harian Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat yang dijabat Pak SBY sendiri.

Sepertinya, menurut penulis, Pak SBY menyadari ketidakkonsistenannya sendiri. Kemudian saat  berpidato dalam pembukaan Indonesian Young Leader Forum 2013 pada 18 April 2013, Pak SBY terkesan menyindir dirinya sendiri dengan mem-pasemon-i dirinya sediri. Kesan pasemon itu tertangkap dalam satu kalimat yang diucapkan Pak SBY, “My loyalty to my party ends, where my loyalty to my country begins.” Sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun