Di tengah padang Kurusetra,, Adipati Karna berdiri kokoh di atas kereta perangnya. Wajahnya memerah menahan amarah. Gerahamnya mengatup menahsn geram. Kemarahannya sudah memuncak. Kesabarannya telah habis terkikis.
Tidak jauh dari Karna, Gatotkaca terbang melayang beberapa tombak tingginya. Nyaris tanpa berkedip, dipandanginya Karna ysng menjadi lawannya. Matanya yang tajam melihat kedua mata Karna yang memejam.
"Tugasmu hanya memancing kemarahannya," kata Sri Kresna pada malam sebelumnya.Â
"Saya paham," sahut Gatotkaca. Kemudian dengan seksama ia mendengarkan wejangan yang disampaikan Krena kepadanya.
"Gatot, anakku, apakah engku siap dengan tugas ini?" tanya Kresna kepada keponakannys.
"Ya," ucap Gatotkaca pendek. Bibirnya bergetar saat mengucapkannya. Suaranya nyaris tidak terdengar.
Kedua kelopak mata Karna membuka. Berbait mantra telah genap diselesaikannya. Mantra ysng  tidak pernah ia rapalkan sebelumnya. Bersamaan dengan itu, dari lengan kanannya muncul senjata berbentuk anak panah.
Mata Gatotkaca membelalak  begitu melihat senjata yang berada dalam genggaman Karna. Matanya memicing. Memusatkan penglihatannya ke arah ukiran pada mata panah. Ukiran yang belum pernah ia lihat sebelumnya. "Itukah Konta?"
Degub jantung Gatotkaca kian kencang. Dari cerita dari mulut ke mulut, ia tahu kalau tidak seorang pun yang sanggup menahan Konta, bahkan dewa sekalipun. Perasaan Gatotkaca terbelsh dua. Ia bahagia karena telah menunaikan tugasnya: memancing Karna mengeluarkan senjata pamungkasnya. Tetapi, di sisi lain ketakutan pada kematian mulai menjalarinya. Terbayang  dosa-dosa masa lalunya. Terlintas ingatan saat ia tertawa kala memberi Pergiwati dosa. "Oh, maafkanlah."
Sesaat kemudian Karna bersiap membidikkan senjata pamungkasnya. Senjata pamungkas yang hanya bisa digunakan satu kali. Senjata yang sebenarnya sudah disiapkannya untuk menghadapi Arjuna dalam Baratayudha. Sekilas bayangan wajah Arjuna melintasi benaknya. "Seharusnya Konta ini untukmu, adikku Arjuna," bisik hatinya.
Melihat Konta sudah dibidikkan ke arahnya, Gatotkaca terkesiap. Ia pun surut melayang mundur. Begitu Konta meluncur ke arahnya, Gatotkaca pun melesat menghindar. Tetapi, mengejarnya, memburunya