Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Rilis Survei "Lucu" Jelang Pemilu

4 Februari 2014   17:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:09 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebagaimana dikabarkan Kompas.com, Partai Nasdem meminta kepada Lingkaran Survei Indonesia (LSI) agar meminta maaf kepada publik karena dianggap tidak dapat memaparkan hasil survei sesuai kenyataan. Tak cukup meminta maaf, Nasdem menyebut LSI layak membubarkan diri. Menurut Sekjen Partai Nasdem Patrice Rio Capella, LSI kerap menyajikan hasil survei yang melenceng dari perkiraan. Kredibilitas LSI memang layak dipertanyakan pasca rilisnya yang memrediksi kemenangan pasangan Foke–Nara dalam satu putaran.

“Jadi, masyarakat sudah tidak percaya karena kesan tidak independen dan tendensius terlalu ketara. Terkesan sekali memaksakan untuk menggiring opini publik kepada parpol tertentu,” kata senior Surya Paloh dalam kepengurusan DPP NasDem ini.

Rilis survei memang kerap menimbulkan pro dan kontra. Ada yang menerimanya sebagai kajian ilmiah, namun tidak sedikit yang menolaknya dengan alasan politis. Sayangnya penolak survei dengan dasar politis tidak menyertakan argumentasinya, atau paling tidak kecurigaannya. Padahal pada pemilu 2009 banyak rilis-rilis survei yang bila dicermati akan terlihat kejanggalannya.

Kalau saja Rio mau memutar rekaman Suara Anda yang ditayangkan Metro TV saat pemilu 2009 lalu pasti ia akan melihat banyak “kejanggalan” pada rilis Lembaga Survei Indonesia (LSI). Salah satunya yang ditayangkan pada 2 April 2009. Saat itu LSI menayangkan rilis surveinya dalam dua slide. Pada slide pertama digambarkan grafik elektabilitas SBY berada jauh lebih tinggi dari pada Megawati. Sedang pada slide kedua, terlihat grafik elektabilitas JK, Prabowo, Sultan, serta Wiranto yang terus menurun grafiknya. Saat ditanya, mengapa Wiranto menurun? Dody Ambardi, analis LSI menjawab, popularitas Wiranto menurun karena munculnya capres lain.

Lucu bukan! Apakah elektabilitas SBY dan Mega tidak terpengaruh oleh munculnya capres-capres baru. Sebaliknya bagi Wiranto, munculnya capres-capres lain malah menggerogoti elektabilitasnya. Jika memang demikian, makin banyak capres baru, makin habis elektabilitas Wiranto.

Dan, ini tidak kalah lucu. Masih ingat rilis survei LSI yang menyebut elektabilitas pasangan SBY-Boed mencapai 71 %. Coba klik Kompas.com. Ternyata survei yang digelar pada 25-30 Mei tersebut dilakukan kepada 2.999 responden, dengan margin of error 1,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Pertanyaannya, apakah angka-angka itu juga bisa dipesan.

Perhatikan angka yang ditebalkan. 2 adalah nomor urut pasangan SBY-Boed. 9 adalah angka kesayangan SBY. Tidak hanya itu bila 1 dan 8 pada margin of error dijumlahkan hasilkan 9.

LSI secara terbuka mengakui bahwa survei yang dilakukannya itu merupakan pesanan dari Fox Indonesia yang tak lain adalah konsultan dari kubu SBY-Boed.

Angka 71 % ini menarik sebab sebelum survei itu dirilis muncul iklan pembalut (Kalau tidak salah Kotex) yang mengklaim dipakah 7 dari 10 wanita. Belakangan 7 dari 10 wanita ini juga digunakan pada iklan Rexona Roll On yang dibintangi Clarissa Putri. Sebelum iklan Rexona Roll On, Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri Djohermansyah Djohan menyebut hasil survei bahwa 71 %warga Yogyakarta lebih memilih pemilihan gubernur secara langsung daripada penetapan.

Tapi, masih ada rilis survei yang lebih kocak dari rilis LSI. Hal ini pernah ditulis oleh Kompasianer Bandung Bondowoso dalam artikel “Apakah IMOSAC Lembaga Survei Penipu?” Bandung melihat angka-angka pada rilis survei IMOSAC yang dirilis pada Juli 2013 (Tribunnews.com) copas dari rilis survei yang dirilis Lepsudami pada November 2012.(Merdeka.com)

LEPSUDAMI

IMOSAC

· Dilakukan November 2011-2012

· Dilakukan di 6 kota besar di pulau Jawa

· Jumlah responden 4900 orang

· Hasil:

- Prabowo 18%

- Akbar Tanjung 17 %

- Jusuf Kalla 13 %

- Aburizal Bakrie 11 %

- Megawati 10%

· Dilakukan Maret- Juli 2013

· Dilakukan di 6 kota besar di Indonesia

· Jumlah Responden 3000 orang

· Hasil:

- Prabowo 18%

- Jokowi 17 %

- Aburizal Bakrie 13 %

- Hatta Radjasa 11 %

- Megawati 10%

Lucunya, hasil survei IMOSAC yang ditenggarai tukang copas hasil survei lembaga lainnya ini membuat PKS kegirangan. Dalam salah satu rilis suveinya IMOSAC menyebut elektabilitas PKS 9 %( pkspiyungan.org)

Selain lucu, ada juga lembaga survei yang culun. Mungkin saking menganggap publik itu bodoh Alvara Research Center merilis survei tentang popularitas capres. Dan, hasilnya sebagaimana yang dipublikasi oleh Detik.com
1. Ical: 78,4 %
2. Jokowi: 76,0 %
3. Prabowo: 66,3 %
4. Wiranto: 62,5 %
5. Megawati: 62,4 %
6. Jusuf Kalla: 52,4 %
7. Dahlan Iskan: 36,3 %
8. Surya Paloh: 32,7 %
9. Hatta Radjasa: 28,9 %
10. Mahfud MD: 24,1 %
11. Rhoma Irama: 20,8 %
12. Marzuki Alie: 10,6 %
13. Lainnya: 49,3 %

Pertanyaannya, sejak kapan Rhoma kalah tenar dari Mahfud, Hatta, Surya, dan Dahlan?

Tapi, bukan saja rilis survei yang harus diperhatikan, media penyampainya pun patut diwaspadai. Pada Kamis (17/10/2013) beberapa media merilis hasil survei yang diadakan Indobarometer. Berbeda dengan media lainnya, seperti Kompas.com yang menampilkan tingginya kepuasan publik atas kinerja Jokowi-Ahok selama setahun masa pemerintahannya, Vivanews memublikasikan berita yang bertolak belakang. Vivanews menurunkan berita Survei: Setahun Jokowi-Ahok, Mayoritas Publik Belum Puas.

Namun, bila membaca rilis survei Indobarometer Setahun Jokowi-Basuki dan Evaluasi Kinerja menurut Publik Jakarta (Survei DKI Oktober 2013), terlihat jelas mana yang benar dalam membaca rilis survei Indo Barometer, Kompas atau Vivanews yang dimiliki oleh Ical, capres Golkar. (pernah diulas di sini http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2013/10/18/pelintir-survei-indobarometer-vivanews-bodohi-publik-602681.html

Jelang pemilu, nampaknya akan banyak lagi gelontoran rilis survei yang lucu-lucu atau pelintiran-pelintiran pemberitaannya. Mereka menganggap masih banyak rakyat yang gampang dibodohi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun