"Saat ini sudah terasa ada proxy war. Dengan menguasai media dengan menciptakan adu domba TNI-Polri, rekayasa sosial, perubahan budaya, pemecah belah partai hingga penyelundupan narkoba," kata Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dalam sebuah penyataan tertulis yang diterima Kompas.com, Minggu (13/12/2015).
Sebelumnya, pada pada 2 November 2015 lalu, Menko Polhukam Luhut Pandjaitan mengungkapkan informasi intelijen tentang adanya ancaman serangan terhadap kelompok Syiah di Tanah Air.
Apakah pernyataan keduanya mempunyai kaitan? Kalau menebak-nebak, jawabannya ada. Dan, akan lebih menarik lagi jika pernyataan keduanya dihubungkan dengan PT Freeport Indonesia yang akan berakhir masa kontraknya pada 2021 nanti. Bukankan Jenderal Gatot pun mengatakan tujuan dari proxy war tersebut adalah untuk menguasai sumber daya alam Indonesia.
Ada tiga kata kunci di sini. Pertama, proxi war. Kedua, serangan terhadap Syiah. Ketiga, penguasaan SDA. Ketiga kata kunci tersebut juga terdapat pada konflik di Suriah. Apakah Indonesia akan disuriahkan lewat proxy war Sunni-Syah untuk mendapatkan SDA yang dimilikinya?
Coba diingat-ingat apa yang terjadi di Suriah sebelum konflik horisontal berkepanjangan ini terjadi. Yup, awalnya dihembuskan isu tentang kedzaliman Presiden Basyar al Assad terhadap penganut Sunni. Bukankah isu ini mirip dengan yang dilemparkan oleh kader-kader PKS tentang pemerintahan Jokowi yang tengah mendzalimi umat Islam. “Islam Indonesia sedang dibinasakan,” kata mereka. Artinya, ada kemiripan pola antara yang terjadi di Suriah dan di Indonesia.
Propaganda anti-Syiah semakin gecar dilancarkan, terlebih sejak kemunculan Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) di berbagai daerah di Indonesia. ANNAS beserta kelompok Islam lainnya menghembuskan isu tentang adanya rencana revolusi Syiah di Indonesia yang akan dieksekusi pada 2018. Menurut mereka, tujuan dari revolusi tersebut adalah untuk menjadikan Indonesia sebagai negara Syiah.
Dalam tabligh akbar yang digelar di Masjid Agung Surakarta pada Minggu, 8 November 2015, misalnya, disebarkan tentang konspirasi antara Syiah den PKI (komunis). Dimunculkannya isu komunisme dalam propaganda anti-pemerintah ini semakin menguatkan persamaan antara Indonesia dengan Suriah. Sebagaimana kita ketahui, Suriah merupakan sahabat dari neraga-negara komunis, khususnya Rusia dan China..
Dalam konflik yang terjadi di Suriah, awalnya terjadi pemberontakan yang dilakukan oleg Free Syrian Army (FSA) pada 2011. Awalnya pemberontakan ini masih bisa diatasi oleh pemerintah Suriah. Namun, kedatangan kelompok-kelompok teroris, terutama ISIS, membuat situasi semakin tidak terkendali. Kemudian terungkap jika persenjataan FSA dipasok oleh Amerika.
Selanjutnya persenjataan pasokan dari AS tersebut disalurkan kepada kelompok-kelompok teroris yang beroperasi di Suriah. Demikian juga dengan pendanaan. Putin menuding ada 40 negara yang mendanai ISIS. Sebelum tudingan Putin, Seorang pangeran Arab Saudi bernama Pangeran Waleed bin Talal mengakui jika pemerintah Arab Saudi mendanai ISIS dan Nusra.
Belakangan Rusia mengungkapkan jika di balik konflik Suriah ada tangan-tangan Turki yang membeli minyak yang diselundupkan oleh ISIS. Bukan saja itu, Rusia bahkan menuding keluarga Presiden Turki Erdogan berada di balik bisnis minyak hasil curian ISIS. Erdogan adalah Presiden Turki dari partai AKP yang menganut paham Ikhwanul Muslimin. Paham yang juga dianut oleh kader dakwah di Indonesia. Tidak mengherankan jika PKS berkiblat pada AKP.
Sementara itu dukungan kader dakwah PKS pada aksi terorisme global tercermin lewat puisi karya Anis Matta. Puisi itu ditulis oleh Annis ketika masih menjabat Sejen PKS. Puisi pengagungan terhadap Osama bin Laden ini di-share lewat sejumlah situs yang dikelola oleh kader PKS dan kader dakwah lainnya.