Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Proxy War Semakin Menggila, Negara Masih Juga Gamang

22 Desember 2016   09:22 Diperbarui: 22 Desember 2016   12:41 3016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi proxy war. Sipeyo.com

Rakyat Indonesia saat ini dalam situasi yang saling berhadapan. Jangan dipikir hanya di medsos, di alam nyata pun sudah dalam posisi yang saling berhadapan. Apakah negara menyadari situasi ini?

Bangsa ini seharusnya menyadari karunia yang diberikan Tuhan kepada tanah air tercinta ini begitu cantik. Bangsa lain pastinya ngiri dengan kekayaan alam yang dimiliki bangsa ini. Dan, dari sekian banyak kekayaan yang dimiliki bangsa ini salah satu yang paling menggiurkan adalah panjangnya garis pantai.

Garis pantai Indonesia tercatat sekitar 91.000 kilometer atau yang terpanjang di dunia. Itu pun kalau garis pantai dihitung dari garis terluar. Bayangkan kalau dihitung dari panjang pantai setiap pulau besar dan kecil yang jumlahnya sekitar 17.000 pulau. Pasti banyak yang berani mengatakan, “Kalau garis pantai Indonesia bukan yang terpanjang di dunia, saya berani terjun dari Monas”.

Panjangnya garis pantai ini ada kaitannya dengan lahan bagi Bahan Bakar Nabati (BBN). Garis pantai ini tidak akan habis seperti tambang emas, batu bara, minyak bumi dan lainnya. Minyak bumi atau energi fosil lainnya bisa habis. Tapi, garis pantai relatif tidak berubah. Beberapa tahun ke depan, jika tidak ditemukan sumur-sumur minyak baru, energi fosil akan habis. Bahan bakar akan beralih ke BBN.

Masalahnya, BBN yang berasal dari tumbuhan darat menimbulkan konflik lahan. MEE mengundurkan jadwal penggunaan BBN-nya karena adanya konflik lahan antara BBN dengan lahan pangan. Sementara, garis pantai nyaris tidak menimbulkan konflik lahan. Bayangkan kalau 25 % saja dari garis pantai Indonesia ditanami dengan tanaman penghasil BBN. Berapa banyak kilo liter BBN yang dihasilkannya?

Di era sekarang ini, menguasai suatu bangsa tidak harus dengan peluru. Cukup dengan bolpen dan kertas sebuah bangsa bisa menguasai bangsa bangsa lainnya. Dengan bolpen dan kertas itu, dua negara atau banyak negara dapat menghasilkan berbagai regulasi yang menguntungkan salah satu pihak.

Saat ini dunia masih terbagi dalam dua blok, blok Timur dan blok Barat. Kedua blok itu sama-sama membutuhkan energi bagi rakyatnya masing-masing. Di Libya, Moamar Khadafi jatuh setelah memberikan konsesi pengelolaan sumur minyak kepada China. Di Suriah, selama terjadinya konflik, ladang-ladang minyak dijarah dan diselundupkan lewat Turki. Dan Indonesia dengan garis pantainya menjadi incaran negara-negara lain sebagai penyuplai energi masa depan. Pertanyaannya, bagaimana cara menguasai garis pantai Indonesia?

Kalau melihat situasi yang sekarang sedang memanas ini, terlihat strategi penguasaan Indonesia dilancarkan lewat proxy war atau perang boneka. Lewat strategi ini, bangsa Indonesia yang sangat majemuk diadu domba satu sama lain. Ujaran penuh kebencian disebar luaskan lewat berbagai kemasan. Jika konflik ujaran ini didiamkan, suatu saat akan mengarah manjadi konflik fisik.

Melihat pengalaman di Ambon, Poso, dan daerah lainnya, konflik antar kelompok di Indonesia bisa memakan waktu bertahun-tahun. Jika itu terjadi, pasukan PBB dari berbagai negara akan diterjunkan ke Indonesia. Ketika itu terjadi, tidak menutup kemungkinan negara-negara yang mendatangkan pasukannya itu menyodorkan kertas-kertas berisi perjanjian kerja sama. Indonesia yang dalam posisi tertekan, mau tidak mau, menandatangani kesepakatan tersebut. Ketika kesepakan itu diteken, saat itulah Indonesia dikuasai oleh negara lain.

Menariknya, jika ditelusuri, kelompok-kelompok yang kerap melontarkan ujaran-ujaran kebencian di Indonesia terkait satu blok. Cek saja dari mana asal dana yang didapat dari salah satu kelompok pelontar ujaran kebencian. Lihat juga kedekatan kelompok lawannya dalam peta perseteruan global. Artinya, ada satu blok yang memainkan dua “tangannya” di Indonesia.

Satu kelompok dioperasikan untuk memancing-mancing kemarahan kelompok lainnya. Pancingan-pancingan ini kemudian disambut oleh kelompok lainnya untuk membangkitkan kemarahan. Sederhananya, dua tangan itu saling ditepukkan satu sama lain sehingga menghasilkan bunyi yang keras. “Pengikut” kedua kelompok ini sama-sama tidak menyadari kalau sedang diadu domba. Meraka malah turut menggaungkan bunyi tepukan sehingga menggema ke seluruh penjuru negeri. Itulah yang sedang terjadi sekarang ini di Indonesia. Dan situasi ini, setidaknya sudah dibangun sejak beberapa tahun ke belakang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun