Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pendukung Ahok, Kenapa Ketar-ketir dengan Serangan Hitam?

28 Januari 2016   12:52 Diperbarui: 28 Januari 2016   13:16 1688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Meski menurut survei CSIS, Ahok bakal menang mudah dalam Pilgub DKI 2017, tapi tetap saja pendukungnya ketar-ketir. Pasalnya, apa lagi kalau bukan “serangan hitam” yang semakin hari semakin gencar disarangkan kepada Ahok.

Wajar kalau pendukung Ahok cenat-cenut menghadapi “serangan hitam” lawan-lawannya. Sebab bagaimana pun juga kampanye hitam atau serangan hitam, termasuk yang berbau SARA, dinilai sangat efektif untuk mengalahkan lawan dalam pemilu.

Jika merujuk hasil survei Charta Politika jelang Pilpres 2014, tercatat sebanyak 24,5 % responden mengaku terpengaruh dengan kampanye hitam terhadap Jokowi-JK. Sementara itu, 53,7 % menyatakan tidak. Jadi, responden yang jelas-jelas mengakui terpangaruh oleh serangan hitam kepada Jokowi tidak lebih dari seperempatnya. Tetapi, responden yang menjawab tidak tahu apakah terpengaruh atau tidak pun jumlahnya lumayan besar yaitu 21,8 %.

Di sisi lain, pengaruh kampanye hitam terhadap kubu Prabowo-Hatta lebih kecil. Hanya 18,3 persen responden yang terpengaruh dengan kampanye hitam terhadap Prabowo-Hatta. Sebanyak 73 persen di antaranya menyatakan tak terpengaruh dan 8,7 persen mengaku tidak tahu.

Sangat wajar bila lebih banyak responden yang terpengaruh oleh serangan hitam kepada Jokowi ketimbang Prabowo. Sebab, menurut Politicawave, Sedangkan lawannya, Jokowi-Jusuf Kalla, lebih banyak diserang kampanye hitam hingga mencapai 94,9 %, sedang kampanye negatif hanya 5,1 %. kampanye negatif terhadap Prabowo 86,5 % dan 13,5 % kampanye hitam.

Menariknya, kembali ke hasil survei Charta Politica, dari 4 isu serangan hitam yang disasarkan kepada Jokowi, yaitu isu Jokowi non-Muslim, didanai pengusaha Tiongkok, korupsi bus transjakarta, dan capres boneka, isu Jokowi non-Muslim-lah, yang paling banyak diketahui oleh responden, yaitu 52 %. Sedangkan serangan hitam terhadap Prabowo yang paling banyak diketahui adalah perceraiannya dengan Titiek Soeharto 45,6 %. Jadi, tidak aneh kalau Ahok bakal diserang lewat sejumlah isu SARA.

Ditenggarai akibat dari serangan hitam tersebut, Jokowi hanya mampu memenangi Pilpres 2014 dengan selisih suara yang tipis. Jokowi meraih suara 52,72 %, sedangkan Prabowo meraup 47,28 %. Padahal sekitar bulan Februari, survei Litbang Kompas menyebut, elektabilitas Jokowi sekitar 33 %, sedang Prabowo berelektabilitas15 %. Bahkan, jelang hari H pencoblosan beberapa lembaga survei merilis elektabiltas Prabowo sempat menyalip Jokowi.

Selain dinilai efektif, kampanye hitam juga sangat mudah untuk dilancarkan. Pengkampanyenya cukup menyebarluaskan serangkaian fitnah terhadap lawannya. Pemfitnahannya pun bisa dilakukan di mana saja, di dunia nyata bisa lewat tabloid-tabloid gelap, selembaran gelap, sedang di dunia maya bisa menggunakan Facebook, Twitter, situs-situs, dan lainnya. Pelaku kampanye hitam tidak perlu mikir terlalu rumit, tidak perlu data, tidak perlu fakta. Yang dibutuhkannya hanya otak mesum dan pulsa.

Tapi, serangan hitam, sebagaimana santet, teluh, dan sejenis ilmu hitam lainnya, bukan tanpa penawar. Penawarnya tidak lain dan tidak bukan adalah kampanye positif. Semakin gencar kampanye positif dilancarkan, semakin tawar pula racun serangan hitam yang bersarang. Sewaktu Pilpres 2014 Politicawave mencatat net sentimen Jokowi mencapai 170.207. Net sentimen Jokowi-JK ini jauh meninggalkan Prabowo-Hatta yang hanya mencatat 44.900.

Jadi, sekalipun elektabilitasnya digerogoti lewat berbagai serangan, kubu Jokowi-JK justru tidak membalasnya. Kubu pasangan nomor 2 ini malah menanggapinya dengan lebih meningkatkan lagi kampanye positifnya. Puncaknya terjadi pasca debat capres putaran terakhir. Selama debat berlangsung, hashtag percakapan terbesar mengenai dukungan terhadap Jokowi-JK mencapai 47.610 percakapan. Sedang Prabowo-Hatta hanya. 16.003. Bahkan #PresidenNomor2 menjadi trending topic world wide nomor 2.

Penampilan gemilang Jokowi saat pada debat capres putaran terakhir itu juga yang pada akhrnya mampu pandangan sebagian pemilih yang sebelumnya menganggap Jokowi sebagai capres bodoh, capres boneka, capres planga-plongo, dan lain sebagainya. Akibatnya, 95 % golput memutuskan untuk memilihnya. Elektabilitas Jokowi pun kembali mengungguli Prabowo..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun