Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mei, Bulan Asah Otak Intelijen

3 Mei 2016   14:13 Diperbarui: 3 Mei 2016   14:33 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mei tahun ini pastinya berbeda dengan Mei tahun lalu. Pada Mei tahun 2016 ini pemerintahan Jokowi sudah menginjak usia 1,5 tahunnya. Berbagai keberhasilan sudah ditorehkan. Tetapi, tidak sedikit masalah bangsa yang belum juga teratasi.

Pada 1 Mei lalu jutaan buruh berunjuk rasa di berbagai daerah di tanah air. Sebagaimana demo buruh tahun sebelumnya, demo buruh kali ini pun berlangsung relatif tertib. Segala macam isu yang disuarakan berbagai kelompok buruh langsung lenyap tersapu angin begitu unjuk rasa selesai.

Tetapi Mei bukan hanya hari buruh. Mei juga merupakan momen peringatan kejatuhan rezim Soeharto yang lengser pada Mei 1998. Dan, sejak Jokowi menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, 20 Mei dijadikan momen spesial untuk berdemo mendesak Jokowi mundur dari jabatannya.

Pada 20 Mei 2015 gelombang unjuk rasa tidak sebesar yang dikoar-koarkan lewat berbagai media sosial. Aksi unjuk rasa bahkan bisa dibilang sunyi sepi. Unjuk rasa di depan Istana Negara hanya diikuti segelintir mahasiswa. Anggota kepolisian yang bertugas pun lebih banyak duduk-duduk di pekarangan Monas. Dalam pengamatan penulis yang kebetulan waktu itu sedang berada di Jakarta, lingkungan di sekitar Istana lebih banyak dipenuhi oleh anggota Polri dan pedagang ketimbang pengunjuk rasa.

Setahun lalu isu “Asing, Aseng, dan Asong” disuarakan oleh KAMMI ormas yang dekat dengan PKS. Lucunya, sekalipun berteriak anti asing para pendemo menutupi wajahnya dengan Guy Fawkes. Rumor beredarnya beras plastik impor asal China dan masuknya jutaan tenaga kerja asing asal China disuarakan oleh para pendemo. Tapi, berbagai rumor itu dengan mudah dirontokkan karena tidak berdasarkan informasi valid bahkan cenderung hoax.

Tahun lalu berbeda dengan tahun ini. Tetapi isu “Asing, Aseng, dan Asong” sepertinya akan tetap mendominasi. Tujuannya, sama seperti tahun yang lalu, yaitu menciptakan situasi chaos yang mirip dengan tragedi 98. Hanya saja pada tahin ini ini para pengunjuk rasa tidak lagi menggunakan informasi ngawur. Mereka akan menggunakan tertangkapnya 5 warga China di lingkungan Halim Perdanakusuma yang bekerja di Indonesia tanpa dilengkapi dokumen ketenagakerjaan.

Di Jakarta, selain menggunakan isu masuknya pekerja asal China, pengunjuk rasa juga akan menggunakan isu penggusuran dan kasus Sumber Waras dan reklamasi pantai utara Jakarta. Jumlah pengunjuk rasa pun diperkirakan membesar dari tahun sebelumnya karena akan melibatkan berbagai elemen termasuk warga Jakarta Utara.

Diperkirakan aksi unjuk rasa akan terfokus di 4 titik. Pertama, Istana Negara. Kedua, gedung KPK. Ketiga Balai Kota Jakarta. Istana akan dihajar dengan isu-isu kesejahteraan rakyat, keamanan, dan lainnya, Balai Kota Jakarta akan digempur isu penggusuran, korupsi, dan kesewenang-wenangan Gubernur DKI Ahok. KPK akan dihujani oleh kasus-kasus korupsi yang mangkrak. Isu Sumber Waras pun bakal mewarnai unjuk rasa di sekitar gedung KPK. Sementara hanya segelintir orang yang akan berunjuk rasa di depan gedung DPR.

Unjuk rasa di gedung KPK akan tergantung pada hasil kerja tim ahli bentukan KPK tentang Sumber Waras. Apakah tim ahli atau pimpinan KPK akan merilis hasil kajian tim ahli sebelum 20 Meni 2016 atau belum. Jika sudah, apakah hasil kerja tim ahli akan sejalan dengan logika pendemo atau bertentangan.   

Potensi masuknya provokator yang menunggangi aksi demo tidak bisa dipandang sebelah mata. Provokasi bisa masuk lewat berbagai pintu, salah satunya penyesatan informasi yang disebar lewat media sosial dan media elektronik lainnya. Pada Mei tahun lalu nyaris terjadi rusuh akibat pengunjuk rasa yang menolak membubarkan diri meski telah melewati batas waktu demo. Kali ini pun peristiwa serupa bakal mungkin terjadi. Pengunjuk rasa akan bertahan meski sudah melwati batas waktu yang diizinkan. Tentu saja aparat tidak mungkin membiarkannya. Di situlah bentrokan akan terjadi.

Indonesia bukan hanya Jakarta. Jika pada setengah tahun yang lalu serangan terhadap Syiah yang mendominasi, sejak setengah bulan yang lalu. NU-lah yang menjadi sasaran hujatan. Serangan terhadap NU ini terjadi baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Bahkan khotbah Jumat pun tidak lepas dari serangan terhadap NU. Memang NU-lah (dan tentu saja bersama Muhammadiyah) salah satu pilar negara ini. Maka tidak heran jika ISIS mengancam NU, selain TNI dan Polri. Beruntung, warga NU yang memiliki tingkat olah emosi yang mempuni ini tidak terpancing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun