Pas nulis saya buka situs temanahok.com. Waktu lihat-lihat ke bawah, saya nemu artikel “Survei CSIS : Jika Pilpres Dilakukan Hari ini, Ahok Kalahkan SBY”
Isinya begini, "Berdasarkan tingkat elektabilitas tokoh, bila Pilpres dilaksanakan hari ini, Jokowi masih unggul dengan 36,1 persen, kemudian Prabowo 28,0 persen, Ahok dengan 4,9 persen, SBY 4,8 persen," ujar Vermonte di Jakarta, Minggu (25/10/2015).
Survei itu digelar pada 14-21 Oktober 2015 dengan jmlah responde di 34 provinsi.
Wow, hebat banget nih CSIS. Lembaga survei lain belum ngulik soal elektabilitas Pilpres 2019, tapi CSIS sudah mendahuluinya. Jangankan untuk Pilpres 2019, untuk Pilgub DKI 2017 yang bakal digelar beberapa bulan lagi saja sejumlah lembaga survei bonafid, terpercaya, dan akurat belum juga merilis hasil surveinya. Ini keanehan pertama.
Keanehan kedua. Tingkat elektabilitas SBY di bawah Ahok. Sedemikian merosotkah elektabilitas SBY sampai Ahok pun bisa menyalipnya? Dalam berbagai rilis survei jelang pemilu 2014, elektabilitas SBY tidak disebutkan karena SBY tidak bisa lagi mencalonkan dirinya. Pertanyaannya, apakah hanya dalam 2 tahun setelah masa kepresidenannya selesai, SBY tidak lagi diinginkan untuk kembali memimpin? Bandingkan dengan Megawati yang setelah 5 tahun vacum di pemerintahan, tetapi masih bisa meraih 26,79 % pada Pilpres 2009.
Sementara, masih menurut sejumlah survei, elektabilitas Demokrat melorot tajam. Tapi, itu pun tidak sampai di bawah 5 %. Buktinya dalam pileg, Demokrat meraup 10,19 % suara. Perlu dicatat dalam dua kali pemilu, 2004 dan 2009, suara yang diraih SBY lebih besar, bahkan berlipat-lipat, dari perolehan suara Demokrat. Kalau elektabilitas SBY hanya 4,8 %, berapa elektabilitas Demokrat?
Keanehan ketiga. Kalau survei itu digelar di Jakarta masih mungkin. Tapi ini di 34 provinsi di seluruh Indonesia. Pertanyaannya, memangnya Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama sudah dikenal luas di 34 provinsi? Sampai-sampai orang lebih percaya Ahok untuk memimpin negara ini ketimbang SBY yang pernah 10 tahun menjadi Presiden RI?
Sulit diterima akal sehat kalau elektabilitas Ahok melampaui SBY. Tetapi, menjadi masuk akal kalau rilis survei CSIS ini memang hanya digunakan sebagai alat propaganda. Apalagi, sebagaimana sudah menjadi rahasia umum kalau orang kepercayaan Ahok, Sunny Tanuwidaja, pernah menjadi peneliti di CSIS. Apalagi seperti yag pernah saya tulis di sini, CSIS merilis survei di mana tingkat kesukaan lebih tinggi dari tingkat popularitas. Dan itu sangat tidak masuk akal sama sekali.
Jadi, kesimpulannya, semua rilis survei yang mengunggulkan Ahok tidak lebih dari tahuyul yang digunakan sebagai alat propagada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H