[caption caption="dok, pri."][/caption]Jangan tanya soal keberanian pada saya. Catat itu!
Saya ini berani melakukan segalanya. Catat lagi! Dan semua yang saya tulis di sini harus dicatat,
Catat, kalau Ahok menang di Pilgub DKI 2017, saya berani loncat dari atas pucuk tugu Monas. Iya Monas. Tugu Monumen Nasional yang sebelahan dengan stasiun Gambir dan depan-depanan dengan Istana Negara itu.
Apa yang harus ditakutkan dengan loncat dari Monas. Jangan kan lompat dari Monas. Wongm loncat dari hati Chaca ke hati Puput saja saya berani. Dan, saya tidak mengalami luka sedkit pun. Malah Chaca yang hatinya terluka.
Tapi, ini serius. Saya memang benar-benar berani lompat dari Monas. Dan, lagi-lagi catat. Kalau Ahok sampai menang di Pilgub DKI 2017 saya berani loncat dari Tugu Monas.
Sebagai lelaki yang sama-sama berani, saya tidak heran dengan keberanian Habiburokhman yang bilang, "saya berani terjun bebas dari puncak monas kalau KTP dukungan Ahok benar cukup untuk nyalon #ktpdukunganahokcumaomdo???".
Kan yang Habiburokhman bilang itu “berani” bukan “akan”. Bedan kalau Habiburahman yang bilang, "saya akan terjun bebas dari puncak monas kalau KTP dukungan Ahok benar cukup untuk nyalon #ktpdukunganahokcumaomdo???".
Kalau “akan” yang dipilih, maka Habiburokhman akan terjun bebas dari Monas kalau KTP yang dikumpulkan oleh Teman Ahok tdak cukup untuk memenuhi persyaratan sebagai calon independen pada Pilgub DKI 2017..
Jadi, kalau nanti KTP yang dikumpulkan Teman Ahok tidak dapat meloloskan Ahok sebagai calon independen, Habiburokhman tidak perlu harus terjun dari Monas.
Makanya Teman Ahok dan pendukung Ahok lainnya tidak perlu kegeeran deh. Kalem-kalem saja. Lagi pula kalau Habiburokhman pakai kata “akan’ pun tidak mungkin ada yang memaksanya terjun dari Monas.