Buat saya tidak ada salahnya kalau Pak SBY mencereweti Pak Jokowi. Bukankah sewaktu Pak SBY menjabat sebagai presiden, Bu Mega pun kerap membaweli Pak SBY. Jadi, Pak SBY bukanlah mantan presiden pertama yang mengritik presiden penggantinya yang tengah menjabat.
Sejak merdeka, Indonesia telah memiliki 6 mantan presiden; Bung Karno, Pak Harto. Pak Habibie, Gus Dur. Bu Mega dan Pak SBY, Setelah tidak lagi menjabat, empat mantan presiden yang pertama, Bung Karno, Pak Harto. Pak Habibie, dan Gus Dur nyaris tidak pernah mengomentari presiden penggantinya..Menariknya, keempat mantan presiden tersebut semuanya berkelamin lelaki.
Tapi, sekai lagi, tidak masalah kalau ada mantan presiden yang mencereweti pejabat penggantinya. Presiden yang tengah menjabat pun jangan alergi terhadap celoteh mantannya. Bukankah pengalaman merupakan guru terbaik. Dan, Pak SBY memiliki pengalaman sebagai presiden yang bisa dijadikan pelajaran oleh Pak Jokowi.
Sayangnya, ada beberapa pengalaman Pak SBY yang tidak mungkin dicontoh oleh Pak Jokowi. Contohnya, Pak SBY pernah meminta menteri yang menyibukkan diri di parpol untuk mundur, tetapi Pak SBY sendiri kemudian malah menyibukkan diri dengan menjadi Ketua Umum Partai Demokrat. Namun demikian bukan Pak SBY kalau tidak beretorika. Saat berpidato dalam pembukaan Indonesian Young Leader Forum 2013 beberapa waktu kemudian, Pak SBY dengan tegas berkata, “My loyalty to my party ends, where my loyalty to my country begins.”
Nah, yang saya kagumi dari Pak SBY itu, sekalipun merangkap sebagai Presiden RI dan Ketum Partai Demokrat, tetapi beliau tetap bisa membedakan kapan sebagai Presiden RI dan kapan sebagai Ketum Demokrat. Hal ini beliau buktikan ketika terjadi kenaikan harga lepiji tabung 12 Kg. Sebagai Ketum Demokrat, Pak SBY mengritik Persiden RI SBY lewat akun Twitternya.
"Kebijakan yang membawa dampak luas ini tidak dikoordinasikan dengan baik dan persiapannya pun juga kurang. Ini harusnya tidak boleh terjadi," kata Pak SBY lewat akun Twitter-nya @SBYudhoyono pada 5 Januari 2014.
Saya tidak tahu apa tanggapan Bapak Presiden SBY setelah membaca kritikan tajam dari Pak Ketum Demokrat SBY. Pak SBY sebagai Ketum Demokrat benar, karena sepertinya kenaikan harga elpiji diputuskan tanpa adanya koordinasi antara Pertamina, Kementerian BUMN dan Presiden RI
Hal ini juga diungkapkan juga oleh Pak Menko Perekonomian Hatta Rajasa yang mengaku tidak mengetahui rencana Pertamina menaikkan harga elpiji 12 kilogram. Tapi, menurut Pak Hatta, sebenarnya Pertamina telah memberitahukan soal rencana itu kepada Menteri BUMN Dahlan Iskan. Jangan-jangan, Pak Dahlan salah alamat, yang diberitahunya buka Pak SBY sebagai Presiden RI yang juga atasannya, tetapi Pak SBY sebagai Ketum PD..
Dari kejadian tersebut kita bisa melihat kalau Pak SBY memang biasa memberikan masukan kepada presiden yang sedang menjabat, termasuk kepada dirinya sendiri ketika sedang menjabat.
Yang paling menarik dari mantan Presiden RI adalah Pak Habibie. Pak Habibie bersikap tidak menceriwisi presiden yang tengah menjabat. Jadi sama sikapnya dengan mantan presiden-presiden sebelumnya, Bung Karno dan Pak Harto berjenis kelamin lelaki. Sejak tidak lagi menjabat, Pak Habibie jarang tampil di depan publik. Karena jarang itulah penampilan Pak Habibie selalu ditunggu-tunggu. Tidak heran jika promo acara yang menampilkan Pak Habibie sudah dilakukan jauh hari sebelumnya.
Dalam setiap penampilannya, Pak Habibie selalu mengundang decak kagum. Kegeniusannya masih nampak sekalipun usianya sudah sepuh. Muatan-muatan pikiran seorang negarawan selalu menyertai gagasan-gagasannya yang penuh opimismenya. Optimisme seorang Pak Habibie itulah yang menjadi kekuatan terbesar yang diwariskannya kepada anak negeri. Tidak heran bila setiap Pak Habibie memungkasi sesi wawancara, tepuk tangan langsung membahana.