Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"ARB, Berterimakasihlah pada Yusuf Mansur..."

12 Desember 2014   18:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:27 1624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14183596831336722342

Kalau diperhatikan, ada satu pertanyaan soal gonjang-ganjing “ritual” berdoa di sekolah, apa yang dikatakan oleh Anies Rasyid Baswedan (ARB) sampai menimbulkan angin bising seperti sekarang ini?

Katanya pemerintah akan menghapuskan ritual keagamaan itu. Sekalipun jelas isu ini sangat konyol, tapi langsung ditelan mentah-mentah oleh masyarakat luas.

[caption id="attachment_359132" align="aligncenter" width="409" caption="Terlihat kapan dan media mana saja yang menggunakan kata "][/caption]

Karena ketidakpercayaan akan isu itu lantas saya meng-google. Hasilnya berita “tertua” tentang Menteri ARB terkait ritual berdoa didapat dari http://news.liputan6.com/read/2141108/menteri-anies-siapkan-aturan-berdoa-sebelum-dan-sesudah-sekolah yang dipublikasi pada 1 Desember 2014 pukul 17:21 WIB. Dan ini cukilannya,

Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan mengatakan, saat ini masih ada fenomena sekolah negeri di Indonesia, yang sering menjalankan praktik agama sesuai agama mayoritas saja. Maka itu, hal ini tidak boleh terjadi lagi.

"Sekolah negeri harus mempromosikan sikap Ketuhanan Yang Maha Esa bukan satu agama," sebut Mantan Rektor Universitas Paramadina itu dalam konferensi pers usai pelaksanaan silatuhrami dengan seluruh kepala dinas pendidikan seluruh Indonesia di Gedung Kemendikbud, Jakarta, Senin (1/12/2014).

Untuk mencegah persoalan ini semakin keruh, Anies mengatakan, akan segera menyusun tata tertib. Peraturan itu akan mengatur mengenai penggunaan doa sebelum dan sesudah sekolah.

Kendati demikian, Anies belum bisa memastikan kapan peraturan tersebut selesai dan bisa diterapkan. Hanya, dirinya akan segera meminta badan hukum kementeriannya, agar segera bekerja membuat peraturan terkait hal ini.

Lalu, kapan muncul berita kalau pemerintah akan menghapus doa? Dengan kata kunci “anies hapus doa” didapat pemberitaan itu mulai ditayangkan 3 hari yang lalu setelah kicauan Ustad Yusuf Mansur (YM) lewat akun Twitter-nya. Salah satu media yang memberitakan kicauan YM adalah inilah.com. Judul beritanya “Anies Hapus Doa Masuk Kelas, Yusuf Mansur Marah”. Meskipun pada judulnya memakai kata “hapus”, tapi dalam isi beritanya inilah.com tidak menggunakan kata “hapus” melainkan “revisi”.

Ini cukulan dari berita inilah.com, Ulama kondang, Ustadz Yusuf Mansur, terlihat kesal dengan sikap Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar-Menengah, Anies Baswedan, terkait tata cara doa memulai dan menutup aktivitas di kelas.

Anies dalam keterangan pers di kantornya, mengatakan akan merevisi tata cara tersebut. Dia mengatakan, karena ada protes dari orangtua siswa, akibat dominannya penganut agama tertentu dalam proses belajar mengajar.

Kalau, diperhatikan, memang hanya media yang selama pilpres 2014 mendukung Prabowo-Hatta yang memberitakan soal penghapusan doa. Apalagi dalam kicauannya itu YM menulis sampai meng-ampun-ampun berulang-ulang, "aaaaammmmpuuuuunnnn... asli aammmmpppuuuunnnnn yaaa Allah. sedih, marah, ngenes....pengen cepet2 pilpres baru lagi aja."

Lucunya, sekalipun kemudia YM menyatakan bersalah dan meminta maaf, namun media-media Islam masih tetap berupaya “memelintir” pemberitaan ini. Seperti akhwatindonesia.com yang menurunkan berita berjudul “Hanya Di Era Jokowi, Berdoa Cara Islam di Sekolah Akan Dihapus”. Namun, media ini pun masih bermain-main kata pada isi beritanya yaitu dengan menulis “menghapus tata cara lama dengan membuat aturan baru” Ini kutipannya, Pemerintah Jokowi JK akan mengevaluasi dan menghapus tata cara lama dengan membuat aturan baru terkait tata cara berdoa dalam lingkungan sekolah negeri agar tidak identik dengan dominasi agama tertentu. Termasuk berdoa yang selama ini identik dengan cara Islam..Bukankahmenghapus tata cara lama dengan membuat aturan baru” artinya merevisi?

Lantas, bagaimana dengan pkspiyungan? Media rujukan para kader dakwah ini menulis judul “Setelah Diprotes Keras, Menteri Anies Baswedan 'Ngeles' Hanya Wacana”. Di akhir berita pkspiyungan membubuhkan,

Satu per satu upaya 'utak atik' meminggirkan Islam terungkap. Pengosongan kolom agama di KTP, pelarangan takbir keliling, pelarangan qurban di sekolah, kemnetrian agama membolehkan pemakaian atribut natal bagi muslim, sekarang doa di sekolah.

Jadi, menurut media kader dakwah ini, kalau ada jawaban yang tidak sesuai dengan harapannya maka jawaban itu dikatai sebagai “ngeles”.

Yang lebih menarik adalah pernyataan Imam Masjid Istiqlal Mustafa Ali Yakub. Meski sudah ada klarifikasi dari ARB dan YM pun sudah meminta maaf, tapi sang imam masih mengatakan, "Aneh bila mau direvisi, seperti ada skenario untuk berupaya melakukan penghapusan agama seperti dalam protokol Zionisme nomor 14," ujar Mustafa. http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/14/12/10/ngcy00-imam-istiqlal-revisi-doa-di-sekolah-bagian-dari-protokol-zionisme

Tapi, suharusnya ARB berterima kasih kepada YM, karena lewat kicauan ustad tersebut ARB menglarifikasi pernyataannya. Sedang, apapun kontroversi setelahnya, itu akibat buah kebebasan berpendapat, termasuk menyangkutkan pernyataan ARB pada 1 Desember itu dengan pilpres.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun