Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Akankah Teroris Indonesia Meng-copycat Penyanderaan di Sydney?

16 Desember 2014   17:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:12 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Sepintas tidak ada yang menarik dari aksi penyanderaan di Kafe Lindt, Sydney, Australia ini. Pelakunya Man Haron Monis yang disebut oleh media Australia sebagai sheikh gadungan dan seorang pelaku kejahatan. Banyak bandit di dunia ini yang bisa melakukan kejahatan seperti yang dilakukan Monis. Masuk ke kafe lalu menodongkan senjata ke semua pengunjungnya. Gerombolan gank motor ABG pun bisa melakukannya, sama seperti mereka merampok minimarket.

Peristiwa di Sydney menjadi menarik perhatian karena pelaku penyanderaan menggunakan simbol agama, dalam hal ini Islam. Apalagi setelah pelaku meminta dikirimi bendera ISIS. Lengkap sudah aksi penyanderaan yang sangat sederhana ini sontak menjadi aksi teror yang menarik perhatian dunia. Ditambah lagi pelaku mengancam akan meledakan dua bom (ada media yang menyebut 4 bom) yang ditanam di seputaran Sydney.

Jika melihat pada kasus di Australia, lokasi aksi penyanderaan dipilih di kawasan strategis. Pilihan ini tentu saja didasarkan pada besarnya efek teror yang direncanakan pelakunya. Demikian juga dengan pilihan waktunya. Pelaku memilih melakukan aksinya di saat terang benderang dengan demikian situasi penyaderaan akan terlihat dengan jelas untuk disebarkan ke segala penjuru.

Tetapi, justru karena aksi penyaderaan ini terlihat mudah, maka aksi ini menjadi berbahaya karena mudah ditiru bahkan oleh pelajar SMA yang biasa membajak bus kota sekalipun. Pelaku tinggal pilih target, melakukan pengamatan terhadap target, melakukan persiapan, lantas action. Melakukan penyerangan terhadap kafe tentu lebih mudah ketimbang menyerang bank. Bank memiliki sistem pengamanan yang harus dipelajari lebih dulu. Sedang sistem pengamanan pada  kafe, restoran, atau sejenisnya sangatlah minim.

Selama ini di Indonesia aksi teror dilakukan dengan menggunakan bom, baik high explosive maupun low explosive. Aksi teror dengan menggunakan bom ini membutuhkan pengetahuan perakitan bom yang hanya dimiliki orang-orang tertentu. Untuk menciptakan dampak teror yang besar dibutuhkan ledakan yang juga besar dan ini membutuhkan dana yang juga besar.

Sedangkan aksi penyanderaan hanya membutuhkan senjata api yang bisa  diperoleh dari selundupan, pasar gelap, atau perampasan. Justru bagian tersulit dari aksi penyanderaan adalah daya gertak pelakunya. Semakin kuat daya gertaknya, semakin kuat suasana teror yang ditimbulkannya. Resiko dari aksi penyanderaan hanya dua: mati atau tertangkap. Dan keduanya kalah menarik dibanding iming-iming surga lengkap dengan bidadarinya.

Melihat mudahnya aksi teror yang terjadi di Australia, tidak menutup kemungkinan teroris di Indonesia pun akan merubah pola serangannya, dari teror bom menjadi teror penyanderaan. Bagaimana pun setiap aksi kejahatan akan menginspirasi pelaku lain untuk melakukan hal serupa..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun