Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Akankah Perang Bintang "Alumni 98" Terjadi Lagi pada Pilgub DKI 2017?

2 Juni 2016   22:13 Diperbarui: 3 Juni 2016   07:37 2600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sore hari tanggal 11 Maret 2013 Prabowo Subianto menyambangi SBY di Istana. Pada pertemuan yang berlangsung mulai pukul 15.30 hingga 17.15 WIB tersebut Prabowo didampingi Gerindra, Fadli Zon. Sementara SBY disertai oleh Sudi Silalahi dan Dipo Alam.

Kata Fadli, dalam pertemuan itu dibahas sejumlah isu strategis, seperti hubungan internasional, ekonomi, pertanian, perdagangan, investasi, pariwisata, birokrasi, energi dan politik.

Tetapi, seusai pertemuan Prabowo dan SBY meninggilkan peserta pertemuan lainnya. Keduanya berbicara empat mata selama 20 menit. Sampai saat ini belum terungkap apa isi pembicaraan rahasia antara keduanya.

Keesokan harinya, 12 Maret 2013, 7 Jenderal datang menemui SBY. Luhut Panjaitan yang hadir dalam pertemuan tersebut mengaku membahas pemilihan 2014, utamanya pemilihan presiden. Luhut datang bersama Subagyo H.S., Fahrul Rozi, Agus Widjojo, Johny Josephus Lumintang, Sumardi, dan Suaedy Marasabessy. Bisa dikatakan kalau para mantan jenderal yang datang pada hari itu merupakan kelompok anti-Prabowo.

Benar saja, sehari kemudian, atau 13 Maret 2013, dalam program “Apa Kabar Indonesia” dengan tegas Luhut mengatakan kriteria calon presiden 2014 adalah tokoh yang tidak memiliki beban masa lalu. Dari pernyataan Luhut yang ditayangkan oleh TV One tersebut jelas kalau ia dan kelompoknya menolak pencapresan Prabowo.

Serententan peristiwa yang terjadi pada pertengahan Maret 2013 itu sudah menggambarkan bakal terjadinya perang sengit antara para mantan jenderal “alumni 98” dal Pilpres 2014. Setahun kemudian Jokowi maju sebagai capres dengan berpasangan dengan Jusuf Kalla sebagai cawapresnya. Sementara Prabowo mencalonkan dirinya sebagai capres berpasangan dengan Cawapres Hatta Rajasa  

Ketika itu Wiranto yang dikenal sebagai musuh bebuyutan Prabowo mendukung Jokowi-JK. Wiranto tidak sendiri, serombongan mantan jenderal lainnya berbaris mendukung pasangan Jokowi-JK  Luhut, Sutiyoso, Hendropiyono dan sederet nama tenar lainnya berbaris rapat untuk kemenangan Jokowi-JK. Bukan hanya purnawirawan perwira tinggi TNI, sejumlah purnawirawan Pati Polri pun turut mendukung.

Di sisi lain, Prabowo mendapat dukungan dari mantan-mantan jenderal lainnya. Muchdi PR, Kivlan Zein, Johanes Suryo Prabowo, dan masih ada sejumlah 80-an purnawirawan perwira tinggi lainya. Sama seperti Jokowi-JK, Prabowo pun mendapat dukungan dari sejumlah purnawirawan Pati Polri.

Dalam Pilgub DKI 2017 nanti sepertinya perang bintang “alumni 98” atau yang berseteru pada tahun 1998 akan terulang kembali. Kedua kubu akan saling berhadapan lagi di medan tempur yang juga terbilang strategis.

Lewat Gerindra dan koalisinya, Prabowo tengah menyiapkan Sjafrie Sjamsoedding, sahabat dekatnya sejak di Akademi Militer. Saat peristiwa Mei 98 pun Sjafrie yang kala itu memegang tongkat komando Pangdam Jaya dan Prabowo sebagai Pangkostrad kerap nampak berada dalam satu lokasi.

Diajukannya Sjafrie sebaga vagub pastinya melekat nama Prabowo di situ. Inilah yang akan dilawan oleh kelompok mantan jenderal yang berseberangan dengan Prabowo. DPD Hanura DKI telah menyatakan dukungannya kepada Ahok. Sementara Luhut berulang kali memuji-muji Ahok.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun