Sesekali pemuda bergurat wajahAlbania itu memandangi bus yang terparkir tidak jauh dari tempatnya mengamatisituasi di salah satu sudut pelataran Bandara Internasional Frankfrurt, Jerman.Pada badan bus tertulis "United States Air Force".Â
Beberapa saat kemudian ia melihat seorangberseragam tentara Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) yang berjalan mendekat.Sebelum tentara itu melewatinya, pemuda itu buru-buru mencegatnya. Kepadatentara Amerika itu, si pemuda meminta sebatang rokok.
"Pernah ditugaskan di Afganistan?"tanya si pemuda sambil menyulut rokok pemberian tentara AS yang dicegatnya.
"Yes,"jawab si tentara singkat sambil meninggalkan si pemuda.Â
Tanpa membuang banyak waktu, pemudaitu menarik FN P35 dari balik bajunya. Â Moncongpistol buatan Belgia itu dibidikkannya ke arah belakang kepala tentara yangbaru beberapa langkah menjauhinya.
"Allahu akbar!" seru pemuda tadi.
Bersamaan dengan seruan takbir, bukujari telunjuk tangan kanan pemuda itu menarik picu pistol.Â
"Dor!"Â
Peluru kaliber 9 mm meluncur deras.Dalam sekedipan mata, peluru itu menembus batok kepala belakang tentara AS. Satukorban jatuh.
Bukannya melarikan diri, pemuda itujustru berlari ke arah bus. Ia melompat masuk lewat pintu depan bus danlangsung melepaskan serentetan tembakan ke arah supir dan penumpang bus. Tigakorban kembali jatuh.
Belum puas dengan aksinya, pemudaitu mencari sasaran baru. Sekali lagi jari telunjuknya menarik picu. Tapi, kaliini menembak tidak semudah sebelumnya. Pistol buatan Belgia yang digenggamnya terlepasdari genggamannya. Bersamaan dengan itu, ia pun diringkus.