Kejanggalan-kejanggalan pada kasus pembunuhan Munir sebenarnya sudah lama dibicarakan. Sayangnya, para penggiat HAM, aktivis LSM, apalagi pendukung TPF Munir kerap menstempelkan "Pendongeng Hitam" kepada pembebernya.
Akibat dibiarkannya sederet kejanggalan itu, kasus pembunuhan Munir bukan saja tidak terungkap, tetapi juga menghukum Pollycarpus Budihari Prijanto yang sebetulnya hanya di-Kebo Ijo-kan. Karenanya, tidak munutup kemungkinan bila Dokumen TPF kasus Munir sengaja dihilangkan justru untuk menyelamatkan muka anggotanya.
Kejanggalan yang paling mencolok adalah tidak jelasnya makanan atau minuman yang dicampurkan arsenik ke dalamnya. Apakah arsenik dibubuhkan ke dalam orange jus atau dicampurkan ke dalam mie goring?
Pollycarpus Pembunuh "Teh Botol Sosro"
Awalnya, disebut-sebut bila arsenik dimasukkan ke dalam orange jus. Tetapi, arsenik akan mengendap di dasar gelas jika dicampurkan ke dalam air bersuhu rendah. Atas dasar itu, dakwaan kepada Pollycarpus pun diubah. Pollycarpus dituduh memasukkan arsenik ke dalam mie goreng pesanan Munir. Tetapi, menariknya, mie goring ini tidak ada dalam surat dakwaan.
Selain soal orange jus dan mie goreng. Waktu dan lokasi arsenik itu masuk ke dalam tubuh Munir pun masih dipertanyakan. Dan ketiganya, makanan/minuman, lokasi, dan waktu, akan mengarah pada pelaku pembunuhan yang sebenarnya.
Menurutnya laporan Nederlands Forensisch Instituut indeks time racun masuk ke tubuh 8 jam sebelum meninggal. Munir meninggal 2 jam sebelum mendarat pada 8 September 2004. Sementara waktu tempuh dari Changi, Singapura, ke Schiphol, Belanda, adalah 12 jam 25 menit. Berarti, arsenik masuk ke tubuh Munir setelah pesawat Garuda dengan nomor GA-974 yang ditumpanginya terbang dari Singapura menuju Belanda.
Berbeda dari laporan NFI, opini pembanding dari hasil autopsi dari Seatle Amerika Serikat menyatakan racun masuk di tubuh Munir 9 jam sebelum meninggal. Artinya, tidak berbeda dari laporan NFI, arsenik masuk ke tubuh Munir setelah take off dari Changi, Singapura.
Dan, pada saat itu, Pollycarpus tidak ada dalam pesawat. Pollycarpus turun di Changi untuk selanjutnya kembali ke Jakarta. Dari fakta ini saja sudah membuktikan jika pembunuh Munir bukan Pollycarpus. Apalagi jika membandingkan kasus ini dengan kasus pembunuhan Alexander Valterovich Litvinenko yang terjadi di Inggris pada 2006.
Tetapi, apapun makanan atau minuman yang dikonsumsi Munir, tuduhan tetap mengarah kepada Pollycarpus. Di manapun dan kapanpun arsenik itu masuk ke dalam tubuh Munir, Pollycapus tetap sebagai pesakitannya. Jadi, Pollycarpus ini ibarat Teh Botol Sosro dengan slogannya "Apapun Makanannya, Minumnya Teh Botol Sosro".
Pollycarpus dijadikan "Kebo Ijo" lantaran harus ada yang dipidanakan. Hal ini diungkapmoleh ahli forensik Abdul Mun'im Idries. Dalam bukunya "Indonesia X-File", Mun'in.
Kasus Munir: Pollycarpus adalah Patriot yang di-Kebo Ijo-kan