Opini bisa salah atau sesat jika dibangun dari informasi hoax. Tetapi, sekalipun bersumber dari informasi yang valid, opini belum tentu benar jika logika yang dibangun atas informasi yang valid tersebut ngawur berantakan.
Dalam beropini, Rocky Gerung sering memainkan kalimat-kalimatnya. Jika menangkapnya dengan sumbu pendek, opini Rocky banyak yang disebut sesat logika. Padahal, tidak jarang opini Rocky yang dituding setat tersebut sebenarnya benar. Kalaupun benar-benar sesat, opini Rocky tidak bisa distempel hoax.
Opini yang diunggah Ninoy memang memojokkan PSI. "Bata-bata" yang pakai Ninoy tidak semuanya asli. Komposisi "semen" perekatnya pun tidak tepat. Karenanya opini yang dibangun Ninoy mudah sekali untuk diruntuhkan.
Sebut saja soal Zulkieflimansyah. Zul memang kader PKS. Tetapi Zul memberikan dukungannya pada Jokowi-Ma'ruf Amin (Ini buktinya). Bahkan, Zul sudah memberikan dukungannya pada Jokowi sejak Januari 2014. Ini buktinya https://news.detik.com/berita/2457339/elite-pks-jokowi-akan-mulus-jadi-presiden?9911012=
Lantas, sebagai sesame pendukung Jokowi, tidak ada salahnya kalau PSI dan Zul saling mensuport. Jokowi pun pastinya bahagia bila sesama pendukungnya akur dan saling mengayomi.
Sebenarnya, opini Ninoy itu pun sudah dibantah oleh PSI. Bahkan hanya dalam hitungan jam, bantahan PSI sudah memviral. Dalam hitungan jam juga opini Ninoy berhasi diredam.Â
Bukan hanya itu, hanya dalam hitungan jam, bahkan sebelum PSI mengekspos bantahannya, akun-akun pendukung PSI sudah menghujat Ninoy dengan seberondong kata ala Ade Armando. Tuduhan sebagai penulis bayaran pun berlontaran ke arah Ninoy.
Reaksi PSI beserta akun-akun pendukungnya ini mengingatkan khalayak tidak ramai pada cuitan Rocky Gerung.
Dulu,
Mereka cukup berakal. Bacaannya mutakhir.
Lalu,
Politik menyulap mereka jadi fanatik.
Demi lauk pauk, mereka jadi buas.
Kini,
Mereka siapkan senjata baru:
Keroyok, nistakan dengan dusta!
Kasihan..--- Rocky Gerung (@rockygerung) 7 Januari 2018
Entah siapa yang dimaksud "mereka" dalam twit Rocky yang diposting lebih dari setahun itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H