Sayangnya dalam hasil survei yang dirilisnya atau mungki juga dalam survei LSI tidak mengungkap jumlah swing voter dari masing-masing pasangan calon.Â
Tidak jelas seberapa banyak pemilih Jokowi-Ma'ruf yang lompat pagar dan berapa banyak pemilih Prabowo yang bergeser menjadi pemilih Jokowi.Â
Atau, apakah dari 5,8 persen tersebut seluruhnya berpindah dari pemilih Prabowo-Sandi menjadi pemilih Jokowi-Ma'ruf atau sebaliknya. Selanjutnya tidak terungkap alasan responden mengubah pilihannya.
Dengan begitu, meski Prabowo dan pasangannya tampil buruk dalam penyampaian gagasan-gagasannya dan ditambah lagi dengan adegan joged serta pijit-pijit yang dianggap tidak pastas, "pemilih" Prabowo-Sandi tidak serta lantas mengubah pilihannya.Â
Malah, masih menurut LSI, elektabilitas Prabowo-Sandi naik 0,4 persen. Sementara, meski tampil ciamik, Jokowi dan pasangannya hanya berhasil menarik 0,6 persen pemlih.
Dan, jika melihat hasil survei LSI, Prabowo-Sandi tidak perlu memperbaiki penampilannya dalam debat-debat selanjutnya. Bagaimana tidak, keduanya dianggap tampil sangat begitu buruk saja, tingkat elektabilitasnya bisa naik. Inilah yang meringankan beban Prabowo.
Prabowo memang dikenal memiliki pendukung yang sangat fanatik layaknya hooligan dalam dunia persepakbolaan. Para pendukung Prabowo ini tidak bakal tergoyahkan meski sejumlah isu sensitf menyerag Prabowo.Â
Bahkan, ketika faktor keagamaan Prabowo diragukan pun, para pendukung Prabowo yang begitu identik dengan simbol-simbol keagamaan tidak memedulikannya.
Dan, sekalipun Prabowo kerap bicara ngawur, seperti mengatakan Indonesia  yang akan bubar pada tahun 2030 dan Indonesia akan punah jika kelompok Prabowo kalah dalam Pemilu 2019, pendukungnya tetap saja seiya sekata.
Demikian juga dalam Pidato Kebangsaan yang diberi judul "Indonesia Menang", Prabowo malah berkali-kali melontarkan pernyataan-pernyataan ngawur.