Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

7 Alasan Prabowo Seharusnya Tak Hadiri Reuni 212

1 Desember 2018   09:22 Diperbarui: 19 Desember 2018   08:26 2418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid yang dikibar=kibarkan dalam aksi kelompok Islam (Sumber: :Liputan6.com(

Puncaknya Pilgub DKI 2012 , dalam ajang pilkada tersebut Prabowo mengusung Ahok. Begitu memasuki putaran kedua, Prabowo dan Ahok menjadi sasaran kebencian beraroma SARA. Lewat selebaran gelap berisikan kebencian terhadap etnis Tionghoa disebarkan pada akhir Agustus 2012 di sejumlah kawasan di Jakarta, Prabowo dan Ahok dimasukkan ke dalam satu "paket".

Kebencian kepada Prabowo baru mereda bahkan lenyap ketika Ketua Umum Partai Gerindra ini nyapres pada 2014. Sejak saat itu, predikat-predikat negatif yang dilekatkan kepada Prabowo sontak melenyap seolah tak membekas. Malah, sejumlah ormas Islam yang berkumpul di Masjid Kauman Yogyakarta menggelari Prabowo sebagai Panglima Perang Umat Islam.

Banyak yang berpikir jika sejak 2014 Prabowo sudah terikat secara politis dengan kelompok-kelompok Islam yang dianggap radikal ini. Tetapi, tidak sedikit juga yang menduga jika Probowo hanyalah bermain api dengan kelompok-kelompok ini. Mana yang benar?

Beberapa hari jelang batas akhir pendaftaran pasangan calon presiden dan wapres, hasil ijtima ulama versi kelompok HRS Cs merekomendasikan Ketua Majelis Syuro PKS Habib Salim Segaf Al Jufri dan Abdul Somad sebagai cawapres pendamping Prabowo.

Untuk lebih menguatkan daya tekannya,  salah seorang pengusul ijtima ulama tersebut HRS dan dklaim sebagai keinginan Allah.

"Isi surat menyatakan jika kepatuhan kepada ulama sama halnya patuh dengan Rasulullah. Tidaklah mungkin ulama sebagai pewaris Nabi akan menyalahgunakan wewenang, bicara menurut hawa nafsunya. Tapi kalau mereka mau istiqomah ya laksanakan. Keputusan ulama atas kesepakatan sosok yang sudah dipilih sama dengan keinginan Allah," kata Sekretaris Umum PA 212 Bernard Abdul Jabbar kepada CNNIndonesia.com pada 4 Agustus 2018.

Tetapi, Prabowo menolak mentah-mentah ijtima ulama. Atau dengan kata lain, Prabowo menolak berdampingan dengan dua figur ulam yang dikenal dekat dengan kelompok 212.

Penolakan tersebut bukan saja membuktikan jika Prabowo tidak berada di bawah ketiak HRS dan kelompok-kelompok Islam pendukungnya, tetapi juga menegaskan bahwa Prabowo tidak ingin berdekatan apalagi berdampingan dengan kelompok Ijtima Ulama yang juga penggagas Reuni Alumni 212.

Perbeda "Lingkungan" antara Prabowo dengan Alumni 212

"Lingkungan" Prabowo dan Gerindra sangat majemuk yang ditandai dengan perbedaan latar belakang agama kader-kadernya. Ada kader Gerindra yang beragama Islam, baik itu Sunni maupun Syiah, Ada kader yang memeluk Kristen. Ada penganut Katolik, Ada yang Hindu. Ada yang Budha. Bahkan, mugkin ada juga yang memeluk Yahudi sebagai agamanya.

Sementara kelompok-kelompok Islam pendukung Prabowo relatif homogen. Bahkan, sebagaian dari kelompok ini dikenal gemar melontarkan kata "kafir" kepada siapa saja yang dianggap berbeda, bahkan kepada penganut Islam sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun