Sambil melewati pintu, kutepuk deretan huruf yang dipasang tepat di atas pintu. Deretan huruf itu bertuliskan "This is Surga".
Lepas dari gerbang surga, aku disambut   taman luas penuh dengan bunga, ada yang dan ada yang merah, semuanya indah.
Tetiba ...
"Ki Sanak, dari mana dan hendak kemana?"
Aku menoleh ke arah datangnya suara. Kulihat seorang pemuda berpakaian serba putih sedang duduk di atas cabang pohon mangga. Sambil cengar-cengir, ia menggaruk-garuk kepalanya yang diikat kain berwarna putih.
"Anak muda, aku baru sampai di surga ini," jawabku sambil memasang kuda-kuda, bersiaga menghadapi segala kemungkinan. "Perutku sudah keroncongan. Tunjukan di mana kedai yang paling murah dan tidak jauh dari sini."
"Oh itu kedainya Neng Raisa. Kira-kira empat lemparan batu dari tugu kota. Ki Sanak jalan saja lurus ke arah utara." jawab pemuda itu. "Paling tiga hisapan rokok sudah sampai di sana."
"Terima kasih, Anak Muda," sahutku.
Belum sempat aku menjura, pemuda itu sudah melompat berkelebat cepat meninggalkan tempat.
Tugu Kota ternyata ramai. Tugu itu bercat putih dan dibangun di tengah-tengah perempatan jalan.
Dari arah barat tugu kulihat rombongan orang berjalan di tengah jalan. Mereka mengacung-acungkan poster berwarna dasar putih dengan tulisannya yang berwarna hitam.