"Syarwan Hamid: MENGUNGKAP SKENARIO GATOT NYAPRES". Begitu judul artikel yang diunggah Sri Bintang Pamungkas lewat Chripstory.com
Pada intinya, Syarwan yang juga mantan Kassospol ABRI dan Menteri Dalam Negeri ini mencoba mengungkapkan adanya skenario Kelompok 9 Naga untuk terus menguasai pusat kekuasaan di republik ini.
Menurut purnawirawan jenderal bintang tiga ini, Gatot Nurmantyo telah disiapkan sebagai "ban serep" karena Jokowi dinilai sudah gembos..
Moncernya Jokowi Vs Mengkilapnya Gatot Nurmantyo
Dalam tulisan tersebut, Syarwan mencurigai peningkatan popularitas Gatot yang menurutnya tidak berlangsung secara alami.
"Benarkah peristiwa munculnya Gatot berlangsung secara alami? Bahkan TV nasional yang anti Habieb Rizieq sekalipun senang mewawancarai Jenderal bintang empat tersebut. Dalam politik tidak ada kebetulan, semua direncanakan dan dilaksanakan dengan penuh perhitungan," tulisnya.
Mantan Kapuspen ABRI yang sempat dituding pernah berupaya menjegal Gus Dur dalam kepemimpinan Nahdatul Ulama ini kemudian membandingkan meroketnya popularitas dan elektabilitas Jokowi sejak menjabat Walikota Solo sampai memenangi Pilpres 2014.
Syarwan mungkin kurang jeli. Sebab membandingkan melejitnya popularitas dan elektabilitas Gatot Nurmantyo dengan Jokowi sebenarnya sangat tidak tepat.
Sebagaimana diketahui, popularitas Jokowi terbentuk dari bingkai positif media. Sementara, Gatot di-framing negatif. Jokowi adalah hero, sebaliknya Gatot adalah public enemy.
Dalam situasi masyarakat yang terpolarisasi seperti sekarang ini, framing negatif terhadap Gatot memang mendatangkan respon positif dari kutub penentang Jokowi. Di mata warga kutub ini Gatot menjadi hero. Gatot dielu-elukan.
Tetapi, jumlah kelompok yang terpolarisasi tidak begitu besar. Hal ini terlihat dari angka undecided voter yang menurut sejumlah rilis survei berada di kisaran 30 persen. Belum lagi jumlah swing voter yang sewaktu-waktu dapat berubah pilihan.