Dalam pemberitaan tentang mutasi perwira TNI yang dilakukan oleh Gatot Nurmantyo pada Desember 2017, media memosisikan Gatot sebagai pesakitan. Gatot dinarasikan sebagai pembangkang. Ada juga yang menuding Gatot tengah menyiapkan bom waktu. Media lupa pada proses serta kronologis keputusan mutasi yang diambil Gatot.
Pertanyaannya, apakah karena Gatot Nurmantyo nyaris tidak mendapatkan dukungan media, lantas peluangnya untuk memenangi Pilpres 2019 pun pupus?
Sejak pemilu presiden digelar secara langsung pada 2004, seluruh capres yang bertarung memiliki kartu tanda anggota partai politik, Malah, kecuali Jokowi, seluruh capres duduk dalam kepengurusan partai. Sebagian lagi, diketahui sebagai pendiri parpol pengusungnya.
Untuk maju sebagai capres pada Pilpres 2019, sudah tidak mungkin lagi bagi Gatot Nurmantyo untuk berkesempatan mendirikan partai politik. Dan, lantaran tidak ada aturan yang mengakomodasi capres independen, satu-satunya jalan bagi mantan Panglima TNI yang dicopot dari jabatannya pada Desember 2017 ini adalah dengan diusung oleh gabungan parpol peserta Pemilu 2014.
Pertanyaannya, gabungan partai mana yang paling mungkin mengusung Gatot Nurmantyo sebagai calon RI 1?
Peta politik tanah air saat ini dikuasai tiga pemain politik besar: kutub Megawati, kutub SBY, dan kutub Prabowo. Ditambah lagi dengan berlakunya aturan presidential threshold 20 % (kursi) atau 25 % (suara). Maka, magnet ketiga kutub ini pun menjadi semakin kuat dalam menarik parpol-parpol lainnya untuk bergabung.
Dalam Pilpres 2019 nanti, kutub Megawati kemungkinan besar akan kembali menjagokan Jokowi sebagai capres. Dengan demikian kemungkinan Gatot Nurmantyo untuk menjadi calon RI 1 dari kutub ini sangat kecil.
Sementara, untuk menjadi cawapres, Gatot harus bersaing dengan sejumlah tokoh lainnya, terutama seniornya, Jenderal (Purn) Moedoko yang saat ini sudah masuk ring istana sebagai Kepala Staf Kepresidenan..
Melihat rekam pemberitaan, keberadaan Moeldoko di Istana merupakan pintu penghalang bagi Gatot Nurmantyo. Dalam polemik impor 5.000 pucuk senjata oleh institusi non-militer, misalnya, Moeldoko mengeluarkan pernyataan kerasnya yang dianggap ditujukan kepada Gatot. Â Belum lagi, Gatot disebut-sebut sebagai rival Moeldoko dalam persaingan menuju Angkatan Darat 1.
Semakin merapatnya Moeldoko dengan Jokowi membuat peluang tokoh-tokoh lainnya sebagai cawapres semakin menipis. Apalagi, Moeldoko sempat digadang-gadang untuk mendampingi Jokowi saat Pilpres 2014 Â Ketika itu Agum Gumelar yang saat ini menjabat Wantimpres memberikan dukungannya kepada Moledoko.
Peluang Gatot Nurmantyo untuk mendamping Jokowi bisa dikatakan sudah musnah setelah ia dicopot dari jabatannya orang nomor 1 di kemiliteran RI beberapa bulan sebelum memasuki masa pensun. Pencopotan ini menujukkan adanya resistensi pihak Istana atas sikap yang diambil Gatot.