Ambil contoh pengolahan biofuel dari kelapa sawit dan jarak pagar. Dalam setiap tahunnya satu hektar kelapa sawit hanya menghasilkan 5.800 liter. Sedangkan, jarak pagar hanya sanggup menghasilkan 1.500 liter untuk setiap hektar per tahunnya.
Bayangkan, hanya untuk memenuhi 7 persen biofuel bagi sektor transportasi pada 2020, Uni Eropa membutuhkan lahan seluas Denmark. Bisa diperkirakan, berapa luas lahan yang dibutuhkan oleh Benua Biru itu bila pada suatu ketika seluruh sektornya beralih mengonsumsi energi nabati?
Sebenarnya kalau masalah pengembangan energi nabati hanyalah ketersediaan lahan dan syaratnya tidak mengambil alih fungsi lahan pangan atau hutan, Indonesia tidak perlu pusing-pusing memikirkannya.
Kenapa harus pusing-pusing. Luas areal lahan kritis di negara kepulauan ini saja mencapai 52.5 juta hektar. Itu artinya 12 kali lipat luas daratan Denmark. Dan, sekalipun luas daratan Malaysia, Singapura, dan Brunai digabungkan, luas ketiga negara tersebut tidak melebihi hamparan lahan kritis di Indonesia.
Soal pemanfaatan lahan kritis pun sudah diinstruksikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono lewat Instruksi Presiden No. 1/2006. Dalam Inpres diinstruksikan kepada kepala daerah untuk memfasilitasi penyediaan lahan, terutama lahan kritis, bagi budidaya BBN.
Di luar lahan kritis, Indonesia masih memiliki garis pantai yang menurut Badan Informasi Geospasial (BIG) panjangnya mencapai 99.093 kilometer. Di sepanjang pantai itulah rumput laut dapat dibudidayakan sebagai bahan baku bioetanol.
Lebih dari itu, Indonesia pun masih memiliki perairan darat yang cocok untuk ganggang. Dan menurut riset, produktifitas ganggang setiap tahunnya bisa mencapai 120.ribu liter per hektarnya.
Dengan hanya Duduk Leyeh-Leyeh Santai, Bangsa Indonesia Sudah Bisa Memanen Minyak
Saat menginjak usianya yang ke 58 tahun, PT Pertamina (Persero)bertekad untuk dapat menjadi 'The True Economic Powerhouse' yang berperan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan mewujudkan kemandirian dan ketahanan energi nasional.
Bicara tentang kemandirian energi, sebenarnya pemerintah mempunyai program unggulan yang dinamakan Desa Mandiri Energi (DME).
Dalam program ini Pertamina turut berpartisipasi lewat program Corporate social responsibility (CSR) dan Small Medium Enteprise Partneship Program (SME PP) yang dibentuknya.