Dua belas hari jelang meninggalkan tampuk pemerintahannya, Presiden Megawati Soekarnoputri mengirim surat No.R32/Pres/10/2004 ke DPR tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Panglima TNI.
Jenderal Ryamizard Ryacudu yang saat itu menjabat sebagai KSAD pun diusulkan sebagai pengganti Jenderal Endriartono Sutarto yang sudah menyatakan mengundurkan diri pada 24 September 2004.
Tetapi, pada 26 Oktober 2004. dengan alasan demi kesinambungan di tubuh TNI dan konsolidasi jajaran pemerintah menyeluruh Presiden SBY mengirimkan surat No. R41/Pres/10/2004 ke DPR yang isinya menarik surat pengunduran diri Endriartono sebagai Panglima TNI.
Karena keputusan SBY tersebut, Endriartono tidak jadi pensiun dan melanjutkan masa tugasnya sebagai prajurit dengan jabatan Panglima TNI.
Sementara, jelang Pemilu 2014, dengan dalih mengamankan Pemilu 2014, SBY mempercepat pergantian Kapolri. Jenderal Timur Pradopo yang normalnya baru memasuki masa pensiun pada Januari 2014 digantikan oleh Komjen Sutarman pada akhir Oktober 2013.
Tidak berbeda dengan masa pensiun Endiartono dan Timur, demikian juga dengan masa pensiun Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Masa pensiun Gatot tergantung pada keputusan Presiden Joko Widodo.
Gatot bisa saja memasuki masa pensiun tepat waktu pada Maret 2018 nanti. Bisa juga ngaret sampai waktu yang tidak ditentukan,. Atau bahkan bisa juga sebelum Maret 2018. Dan untuk itu, alasan apa saja bisa dipakai, bahkan yang paling tidak masuk akal sekalipun.
Tetapi, persoalan waktu pensiun bagi Gatot berbeda dari Endiarto maupun Timur. Gatot, diakui atau tidak, sudah menjadi salah seorang capres alternatif yang bakal menjadi lawan bagi Jokowi pada Pilpres 2019 nanti.
Memang, tingkat popularitas Gatot masih jauh dibanding popularitas Jokowi maupun Prabowo Subianto. Demikian juga dengan tingkat elektabilitasnya. Tetapi, tingkat popularitas Gatot tidak berjarak jauh dengan tingkat elektabilitasnya.
Artinya, untuk dapat menyaingi Jokowi maupun Prabowo, Gatot hanya perlu menggenjot sosialisasinya. Di sinilah persoalan ketersediaan waktu sangat menentukan bagi Gatot jika ingin maju dalam Pilpres 2019.
Maka terjadilah tarik-menarik kepentingan antara Jokowi dengan Gatot. Jokowi bisa saja menghalangi Gatot untuk nyapres dengan memundurkan masa pensiun Gatot. Sebaliknya, Gatot ingin memasuki masa pensiunnya tepat waktu yang memungkinkannya untuk menggeber popularitasnya.