Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Humor Nyinyir tentang Posisi Multifungsi Essien

17 Maret 2017   10:01 Diperbarui: 17 Maret 2017   10:48 868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berita diboyongnya Michael Essien oleh Persib Bandung bikin heboh seantero dunia. Wajar kalau bergabungnya bintang kelahiran Ghana ke klub kebanggaan bobotoh ini menjadi perhatian dunia internasional. Sebab, bagaimana pun juga nama gelandang yang dijuluki Bison ini masih terbilang kinclong di ranah sepak bola internasional.

Mantan bintang Chelsea yang disebut-sebut sebagai anak emas Jose Mourinho ini mampu bermain di berbagai posisi. Bersama Mourinho, Essien dapat diposisikan sebagai gelandang bertahan, gelandang tengah, sayap kanan, bek kanan, bek kiri, dan bek tengah. Singkatnya, pemain yang sempat merumput bersama klub elit asal Italia, AC Milan, ini merupakan pemain multifungsi.

“Saya mengenal Essien lebih dari siapa pun. Saya mengetahui bahwa dia bisa bermain di setiap posisi, kecuali penjaga gawang dan striker,” seloroh Mourinho sebagai mana dikutip Kompas.com saat pelatih yang kini mengasuh Manchester United itu menjalani tur ke Malaysia pada Juli 2013.

Sebagai pengamat sepak bola era 90-an, justru predikat multifungsi yang melekat pada Essien ini menimbulkan satu pertanyaannya, apa spesialisasi dari pemain termahal di benua Afrika ini?

Setiap pemain pasti mempunyai posisi yang menjadi spesialisasinya. Bermain di mana pun, entah itu di Timnas Inggris maupun di Chelsea,  Graeme Le Saux tetap menempati posisi bek kiri. Tidak pernah sekalipun Le Saux mengambil posisi yang ditempati Tony Adams. Ini menunjukan kalau pemain yang kerap diejek rekan satu timnya sebagai homo gegera lebih menyukai membaca buku ketimbang mendengarkan musik itu memiliki spesialisasi.

Contoh lagi, Lilian Thuram. Bermain di AC Parma, Juventus, maupun di timnas Perancis, posisi Thuram tetap saja di bek kanan. Karena di posisi itulah Thuram dapat memaksimalkan kemampuannya. Di timnas Prancis, jangankan mengambil posisi bek kiri yang ditempati Bixente Lizarazu, merebut posisi Laurence Blank yang dipasang sebagai bek tengah pun tidak.

Thierry Henry ngepek-ngepek bola dari pinggir kiri lapangan. Beberapa meter sebelum kotak pinalti, pemain yang dibesarkan oleh AS Monaco itu menggiring bola ke tengah. Jika posisi dan situasinya memungkinan barulah Henry menceploskan bola ke gawang lawan. Di situlah spesialisasi Henry.

Spesialisasi ini berbeda dengan Marc Overmars. Gelandang serang asal Belanda ini menyerang lawannya dari sisi kanan. Dari posisi yang menjadi spesialisasinya itulah Overmars memberikan assist-assist-nya, atau menjebol sendiri gawang lawan dengan kakinya.

Nah, masalah spesialisasi posisi ini tidak bisa dianggap remeh bagi pesepak bola internasional. Dalam hatinya, Eric Cantona protes keras sewaktu membaca tulisan “Cantona Is Back”.  Katanya, masih dari dalam hati, “Saya kan gelandang serang. Kok, bisa-bisanya ditulis bek.” 

 Sumber foto Cantona: https://twitter.com/eurosport_it/status/794293741028777985

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun