Sementara, menurut berita nasional, Jokowi dan sejumlah petinggi PDIP mengatakan telah menemukan 3 alat penyadap yang dipasang di 3 ruangan di rumah dinas Gubernur DKI Jakarta yang ditempati Jokowi. Temuan itu tidak dilaporkan kepada kepolisian, tetapi hanya diserahkan kepada PDIP.
Dan sampai detik ini, belum ada satu pun media yang menunjukkan foto alat penyadap yang dtemukan oleh Jokowi. Media belum menunjukkan foto alat penyadap yang dimaksud Jokowi dan para petinggi lainnya, karena Jokowi dan para petinggi PDIP itu tidak pernah memperlihatkannya. Jadi, bisa saja Jokowi dan PDIP ngaku-ngaku tentang ditemukannya alat penyadap itu.
Kelakuan Jokowi ini lebih mirip anak kecil. Si anak kecil bilang ke teman-temannya,”Asyik, saya punya mainan baru.” Pas ditanya, “Mana mainan barunya?” Si anak kecil menjawab “Nggak boleh nanti dimarahi sama Mamah.”
Jadi, bisa saja kalau penyadapan terhadap Jokowi itu cuma hoax belaka. Lewat sandiwara kolosalnya itu, Jokowi dan PDIP ingin menampatkan Jokowi sebagai pihak yang didzolimi. Dan, sandiwara kolosal itu berhasil menipu banyak pendukung emosional Jokowi/Ahok.
Kalau kemungkinan Jokowi disadap itu sangat besar, karena, menurut hitung-hitungan apapun, Jokowi bakal dicapreskan pada Pilpres 2014. Itu juga yang sudah pernah dituliskan di Kompasiana. Jadi jangan heran kalau mendengar Tokoh A, Tokoh B, Tokoh C, dan Tokoh Sebelah disadap. Jangankan para tokoh, wong data pribadi kompasianer saja ada yang mengobok-obok.
Jadi, Jokowi memang disadap. Tetapi, bukti penyadapannya tidak seperti yang disampaikan Jokowi dan para petinggi PDIP lainnya. Bukti itu hanya ada di sistem IT. Dan, itu tidak bisa sembarang orang bisa mengaksesnya.
Sederhananya dan tegasnya, penyadapan terhadap SBY benar-benar terjadi, sebaliknya alat penyadap yang ditemukan Jokowi cuma hoax.
Mengobok-ngobok data para tokoh dan menyadapnya adalah sangat wajar. SBY sewaktu menjadi presiden juga diberitakan melakukan penyadapan terhadap sejumlah menterinya, bahkan Yusril Ihza Mahendra sebagai menteri seniornya. Mungkin dari hasil penyadapan itulah SBY mendengar bisik-bisik kalau uji materi yang diajukan Yusril ke MK akan dikabulkan.
Tapi, ternyata bisik-bisik yang didengar SBY itu salah besar. Ternyata MK tdak mengabulkan judicial review yang dimohonkan oleh Yusril. Soal bisik-bisik ini, SBY sepertinya lupa menganalisa data intelijen yang didengarnya. Jadi kalah kalau denga artikel Kompasianer yang secara tegas dan menyakinkan kalau MK akan menolak gugatan Yusril yang Prof. Hukum tata negara itu.
Nah, tadinya mau nulis tentang penggerudukan para pendukung Jokowi/Ahok ke rumah SBY. Sudah ditulis seperti ini “Sekitar seratusan mahasiswa menggelar rapat di Bumi Perkemahan Cibubur. Bogor. Jawa Barat. Mereka adalah sisa dari 3.000-an mahasiswa dari 25 provinsi yang mengikuti ajang Jambore Nasional dan Silahturahmi Mahasiswa Indonesia.” Tapi, biasa, malah nulis kemana-mana.
Sekarang ini posisi SBY sedang di atas angin atas Jokowi. Iniah yang tidak disadari oleh para pendukung Jokowi/Ahok yang bisanya cuma ngebully dengan segala macam cacian, makian, hijatan, hinaan yang sebegitu menistakannya siapa pun yang dianggap berlawanan. Pendukung Jokowi/Ahok memang kelas unyu-unyu yang hanya menggunakan emosinya ketimbang akalnya, apalagi akal sehatnya.