Sebelumnya, mau tanya dulu, siapa sih yang sebenarnya baper, SBY atau para pendukung Jokowi/Ahok? Kalau diperhatikan, SBY kan cuma ngetwit. Apa salahnya SBY ngetwit? Apalagi mantan Presiden RI ke 6 itu berkicau dengan akun peribadinya yang terverifikasi. Jadi terserah SBY dong mau ngetwit bagaimana.
Terus, kenapa pendukung Jokowi/Ahok yang mencak-mencak ngebully SBY dengan segala macam cacian, makian, hijatan, hinaan yang sebegitu menistakannya? Jadi yang baper siapa dong?
Wajar juga sih kalau pendukung Jokowi/Ahok merasa kalah di segala bidang. Kata “merasa” sangat cocok digunakan, karena para pendukung Jokowi/Ahok itu masuk kelas pemilih emosional. Kalau mereka masuk kelas rasional pastinya yang dipkai kata “mikir”.
PKS, HTI, FPI, dll hanya pengapling surga,para kader dakwah ini hanya mengata-ngatai siapa pun yang tidak seiring dengan mengafirkannya. Tetapi, kafir, apapun agamanya (termasuk Islam), masih bisa masuk surga.
Sedangkan para pendukung Jokowi/Ahok adalah pemilik surga. Mereka menyebut siapa pun yang dianggap berseberangan, apapun agamanya, dengan kata munafik, penzinah, koruptor alias maling negara, dan perdikat-peredikat lainnya yang menurut agama tidak akan masuk surga.
Jadi jelas PKS, HTI, FPI, dll hanyalah pengkapling surga. Tetapi pendukung Jokowi/Ahok adalah pemilik surga.
Tapi, bangsa Indonesia yang telah BerbhinnekatunggalIka selama ribuan tahun ini tidak usah ikuatan baper seperti para pendukung Jokowi/Ahok. Kalau mereka ngebully dengan segala macam cacian, makian, hijatan, hinaan yang sebegitu menistakannya siapa pun yang dianggap berlawanan, biarkan saja. Karena itulah yang cuma bisa mereka lakukan.
Maka tidak usah heran kalau sampai sekarang pemerintah Jokowi belum menindak tegas situs-situs dan akun-akun pendukungnya yang dikenal luas tukang nge-hoax sekaligus penyebar kebencian terhadap kelompok-kelompok di Indonesia. Karena hanya lewat situs-situs hoax itu para pendukung Jokowi mampu mengekspresikan dirinya.
Contoh, beberapa hari ini kalau nge-klik kata “sby jokowi sadap” muncul banyak tulisan di media arus utama yang menggambarkan kalau kedua tokoh ini pernah menjadi korban penyadapan. Tulisan dari media mainstream ini kemudian diolah oleh para pendukung Jokowi/Ahok menjadi SBY yang baru merasadisadap sudah ngomel-ngomel, sebaliknya, Jokowi yang benar-benar disadap tetap anteng-anteng saja.
Dari tulisan “modivikasi” para pendukung Jokowi yang kebanyakan copas dari sejumlah media saja sudah tahu kalau mereka memang tidak tahu apa-apa tentang berita penyadapan itu. Mereka cuma baper, lantas menuliskan pembelaannya secara membabi buta. Kalau mereka ngebully SBY dengan segala macam cacian, makian, hijatan, hinaan yang sebegitu menistakannya siapa pun yang dianggap berlawanan.
Karena fakta (berita) tidak demikian. Menurut media arus utama, SBY benar-benar disadap. Masih menurut berita, bahkan berita yang dipublish media asing, SBY disadap oleh mata-mata asing.