Dibanding Sandi, jelas peluang Rizal untuk mengalahkan Ahok jauh lebih besar. Rizal masih mempunyai kesempatan untuk meningkatkan elektabilitasnya, ketimbang Sandi yang sudah satu tahun menggelar serentetan sosialisasi tapi elektabilitasnya masih juga jalan di tempat.
Di samping itu tidak terlibat dalam kasus kriminal. Ini salah satu yang memastikan Rizal lebih baik ketimbang Sandi yang diduga terlilit sejumlah kasus kriminal, mulai dari tindak pidana korupsi sampai pelecehan seksual.
Dengan dugaan keterlibatannya dalam sejumlah kasus kriminal tersebut, Sandi menjadi kartu mati. Dipasangkan dengan siapapun, entah itu sebagai calon DKI 1 atau pun DKI 2, Sandi akan menjadi beban.
Sebaliknya, Rizal tidak memiliki beban yang dapat menghambat kemenangannya.
Rizal memang sosok kontroversial. Tetapi, dalam setiap kontroversi yang ditimbulkannya, Rizal berada di posisi positif. Contohnya, saat ia berseteru dengan Sudirman Said.
Sebaliknya, karena sejumlah ulahnya, Sandi selama kurang dari satu bulan ini berhasil menciptakan kecaman untuk dirinya, Prabowo, dan juga Gerindra.
Rizal bukan politisi kemarin sore. Ia telah banyak makan asam garam dunia politik tanah air. Ini juga yang menunjukkan ia berbeda dengan Sandi yang masih saja mempertontonkan keluguannya.
Dengan tanpa banyak berpikir atau bahkan tanpa berpikir, Sandi menayangkan video yang merekam pidato Prabowo saat mengucapkan, “Yang tidak dukung Sandiaga Uno antek asing.”
Terakhir, dengan informasi hoax, Sandi menuding Brimob mengistimewakan Ahok dengan menugaskan 200 personel untuk mengawal Ahok.
Dari sejumlah perbandingan kecil di atas, jelas sosok Rizal lebih pantas dicalonkan ketimbang Sandi. Jika Gerindra tidak segera mengikatnya, PAN, PKS, dan PPP akan lebih dulu menggaetnya.
Dan, kemungkinan besar Demokrat akan bergabung. Kalau keempat parpol tersebut mendukung Rizal, maka Gerindra dan PKB mau tidak mau ikut bergabung, mendukung siapa pun jagoan PDIP, kalau PDIP mencalonkan kadernya sendiri, mendukung Ahok, atau netral.