Raja Dangdut Bang Haji Rhoma Irama bikin partai. Namanya, Partai Idaman. Kepanjangannya, Â Islam Damai dan Aman. Jadi bisa juga disebut Patai IDA, mirip nama teman duet Bang Haji, Ida Royani.
Ada rasa geli begitu membaca berita tentang Bang Haji dengan partai bentukannya. Geli karena tergelitik. Coba pikir, apa modal Bang Haji untuk partai yang dibuatnya itu. Apa mungkin cuma popularitas? Ya, siapa yang menyangkal kalau ada lembaga survei yang menyebut tingkat popularitas Rhoma Irama sangat tinggi. Siapa sih di negara ini yang tidak mengenal Bang Haji lengkap dengan gosip nikah umpet-umpetannya dengan Angle Lelga. Nikahnya sembunyi-sembunyi. Begitu kepergok, ngaku sedang belajar ngaji. Setelah tidak bisa mengelak dengan bantahannya, dalam tempo yang sesingkat-singkatnta Angel dicerainya.
Setahun lalu Bang Haji mengancam akan mencabut dukungannya pada PKB kalau tidak juga dicapreskan. Dan, memang ancaman itu dibuktikan Bang Haji dengan tidak mendukung Jokowi-JK, pasangan capres-cawapres yang didukung PKB. Bang Haji malah mendukung Prabowo-Hatta.
Sekali lagi, Bang Haji memang populer. Tapi, modal popularitas saja tidak cukup.untuk dicalonkan sebagai capres atau cawapres. Masih ada yang harus dipertimbangkan, yaitu tingkat elektabilitas. Dari berbagai rilis survei bisa dilihat bahwa tingkat elektabilitas Si Abang hanya di bawah 1 %. Artinya, hanya seuprit pemilih tidak bakal memilihnya. Bandingkan, Ical yang tingkat elektabilitasnya sekitar 10 % saja tidak ada yang mau meliriknya, apalagi Bang Haji yang elektabilitasnya jauh di bawah Ical.
Bang Haji mungkin merasa kalau dirinyalah yang berhasil mendongkrak suara PKB pada Pileg 2014 lalu. Tapi, sayangnya fakta-fakta berkata lain. Pertama, pada pemilu 2014 suara NU tidak terpecah ke berbagai partai yang berbasis NU. Pada Pileg 2014 hanya ada PKB sebagai saluran aspirasi warga NU. Jadi kesimpulannya, naiknya suara PKB dikarenakan solidnya suara warga NU mendukung partai bentukan Gus Dur tersebut.
Kedua, kegagalam dua putra Bang Haji, Vicky dan Ridho Irama, melenggang ke Senayan. Padahal dalam kampanyenya kedua anaknya tersebut membawa-bawa nama bapaknya. Kalau nama Bang Haji memiliki pengaruh, seperti nama SBY, Megawati, Amien Rais, Agung Laksono, dan sejumlah politisi lainnya, pastinya putra-putra Bang Haji berhasil masuk Senayan seperti Ibas, Puan, Hanafi, dll. Bahkan, Bang Haji pun harus membandingkan dirinya dengan Atut, biarpun dibui KPK, tapi kedua anak Atut lolos ke Senayan. Jadi, kalau untuk anak-anaknya saja popularitas Bang Haji tidak sanggup memenangkannya, apalagi untuk PKB?
Selain berkaca dari kegagalan dua putranya, Bang Haji pun seharusnya melihat jumlah parpol peserta pemilu 2014. Jumlah parpol peserta pemilu 2014 jauh lebih sedikit dibanding jumlah peserta pemilu sebelumnya. Menurunnya jumlah peserta pemilu pastinya berdampak bagi peningkatan perolehan suara parpol. Karenanya dari 12 parpol (9 parpol lama dan 3 parpol baru), hanya 3 parpol lama yang perolehan suaranya menurun. Jadi wajar kalau dalam Pileg 2014 suara PKB meningkat, apalagi selama 5 tahun PKB relatif bersih dari isu-isu negatif.
Terakhir, Bang Haji pernah tidak melihat-lihat media luar ruangan yang disebar caleg-caleg PKB. Berapa banyak poster, spanduk, baliho caleg PKB yang memajang foto Bang Haji sebagai Capres PKB? Sepenglihatan saya caleg PKB lebih memilih foto Gus Dur dan ulama NU lainnya ketimbang foto Bang Haji. Artinya, bagi caleg PKB, (kecuali anak-anak Bang) nama Bang Haji dinilai tidak menjual, bahkan dikhawatirkan justru berdampak negatif bagi pencalonan si caleg.
Jadi, kalau Bang Haji masih koar-koar tentang perannya meningkatkan suara PKB tahun 2014 kemarin, maaf-maaf saja.
Melihat peran kecil Bang Haji bagi PKB yang cuma dipakai untuk penarik pecinta dangdut untuk berkumpul di lapangan, paling nasib Partai IDA pun sama seperti pendirinya yang cuma sebagai penghibur, tidak lebih! Orang yang dideketi untuk dijadikan caleg pun pastinya mikir, kalau untuk anaknya sendiri gagal, bagaimana nama besar Bang Haji Rhoma Irama bisa berkonstribusi memenangkan para calegnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H