Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Buat Ade Armando, "Boleh Tidak Oral Sex atau Hand Job?"

5 Juli 2015   17:10 Diperbarui: 4 Februari 2016   08:21 14652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Buat saya, polemik soal LGBT kurang menarik. Karena yang lebih menarik buat saya adalah fenomena murtadnya ribuan anak muda Arab. Dan lebih menarik lagi karena sebagaian dari mereka yang murtad itu semula menganut paham yang disebut-sebut sebagai ajaran Islam garis keras, seperti Wahabi, Salafi, dan Ikhwanul Muslimin (IM). Bahkan, 3 dari 4 posohor asal Mesir mengaku murtad setelah mencermati perilaku pengikut IM di negaranya http://www.merdeka.com/dunia/empat-pesohor-muslim-ini-jadi-ateis.html

Saking seriusnya, fenomena murtadnya ribuan anak muda Arab ini telah mendesak pemerintah dan ulama setempat mengambil langkah-langkah antisipasinya. Bandingkan dengan isu LGBT, apakah pemerinrah Arab Saudi yang 17 % warganya mengaku telah meninggalkan ritual keagamaan ini kebakaran jenggot dengan dilegalkannya pernikahan sejenis di Amerika?

Saya tertarik menulis soal LGBT gara-garanya melihat lontaran makian yang ditujukan kepada Ade Armando. Awalnya, lewat akun Twitternya @adearmando1, dosen UI ini berkicau, “Kalau dipelajari, rasanya yang diharamkan dalam Islam bukanlah homoseksualitas tapi perilaku seks sodomi.” Ceciutan yang dipublis pada 3 Juli 2015 puluk 22.57 ini kontan menuai protes. Apalagi di berbagai media cuitan Ade diplintir menjadi “Islam tidak mengharamkan LGBT”

Dalam kicauannya tersebut jelas Ade menyebut “Kalau dipelajari”, artinya Ade tidak sembarang berceloteh. Ade pastinya memiliki argumen yang bisa dipertanggungjawabkannya. Dari http://www.madinaonline.id/wacana/soal-lgbt-yang-dilarang-islam-homoseksual-atau-sodomi/, bisa didapat sejumlah argumentasi Ade. Selain berpendapat homoseksual merupakan proses alamiah, dalam artian tanpa campur tangan manusia, Ade pun mengambil hasil riset Prof. Dr. Musdah Mulia.

Sekitar delapan tahun yang lalu Musdah memresentasikan paper yang kontroversial. Di situ Musda meminta para pengkaji Islam untuk membaca ulang rujukan hukum Islam yang mengharamkan LBGT. Hasilnya, tidak ada satupun ayat Al Qur’an yang mengharamkan LGBT. Musdah berkeyakinan yang diharamkan dalam Al Quran adalah perilaku seks yang diluar batas dan keji, seperti sodomi. Jadi sekalipun sodomi dilakukan oleh pasangan heteroseksual, hukumnya tetap haram.

Kemudian, kaum Nabi Luth sama sekali tidak identik dengan kaum homoseksual. Dalam ayat-ayat Al Quran diungkapkan bahwa umat Nabi Luth juga melakukan perkawinan antara pria dengan wanita. Maka, kutukan terhadap umat Nabi Luth tidaklah identik dengan kutukan terhadap kaum homoseksual.

Demikian juga dengan hadist Nabi Muhammad yang berbunyi: “Barangsiapa yang kalian dapati melakukan perbuatan kaum Luth, maka bunuhlah kedua pelakunya” . Di hadis lain, Nabi Muhammad berkata: “Sesungguhnya yang paling aku takuti (menimpa) umatku adalah perbuatan kaum Luth”. Selain itu ada pula, hadis lain bahwa Nabi Muhammad pernah berkata: “Allah tidak mau melihat kepada laki-laki yang menyetubuhi laki-laki atau menyetubuhi wanita pada duburnya”.

Kesimpulannya, Allah memang mengutuk kaum Luth, tapi tak berarti Allah mengutuk LGBT. Yang jelas terlarang adalah penetrasi seks melalui anal/dubur atau sodomi.

Kalau Ade memiliki argumen yang dia yakini kebenarannya, kenapa kita sampai mencaci makinya? Apakah kita sudah 100 % yakin kalau Ade salah. Sebaliknya kita menyakini kalau 100 % kita benar?

Ade sendiri mengarakan tidak ada yang salah dengan ‘rasa”. Karena menurutnya rasa merupakan pemberian Allah. Saya sendiri pernah mengatakan rasa, apakah itu sayang, cinta, benci, atau lainnya sama seperti energi. Rasa, bagi saya, tidak bisa diciptakan dan juga tidak bisa dimusnahkan.

Tidak seorang pun yang sanggup memaksa saya untuk mencintai Chaca. Karena cinta saya kepada Chaca datang dengan sendirinya. Tanpa saya sadari cinta itu telah tumbuh. Demikian pula tidak seorang pun yang sanggup menciptakan benci di hati saya kepada Chaca. Karena, sekuat apapun saya diprovokasi untuk membenci Chaca, kalau rasa itu tidak tumbuh dengan sendirinya, maka saya tidak akan membencinya. Lalu, siapa yang menanamkan rasa di hati saya? Jawabannya, Allah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun