Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Jokowi Dimata-matai "Spy Rock"?

21 Februari 2014   06:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:37 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dengan posisinya yang strategis dan berpotensi menduduki jabatan yang lebih tinggi lagi, Jokowi pastinya dijadikan target untuk dimata-matai. Karenanya tidak tidak ada yang aneh dengan kabar ditemukannya tiga alat sadap di rumah dinas Jokowi. Seperti diungkapkan Tjahjo Kumolo, ketiga alat sadap itu ditemukan di kamar tidur, ruang tamu pribadi, dan ruang makan yang biasa digunakan untuk rapat pada Desember 2013.

Ada berbagai macam aktivitas mata-mata atau spionase, dari yang tradisional sampai yang paling mutakhir, dari yang mengandalkan kemampuan intelijen manusia sampai yang bertopang pada kecanggihan alat. Dan, salah satu metode spionase yang banyak diterapkan adalah penyadapan. Bila dilihat dari pengakuan Tjahjo di mana ditemukannya benda yang diduga sebagai alat sadap, maka metode penyadapan yang dilakukan pada Jokowi berbeda dengan yang dialami oleh Presiden SBY, Ibu Negara, dan sejumlah menteri yang dilakukan intelijen Australia. Mata-mata Australia menyadap komunikasi selular SBY lewat sistem jaringan operator selular. Dengan cara ini intel Australia tidak perlu memasang, menaruh, atau menempelkan suatu alat di sekitar targetnya, tetapi cukup mengakses sistem jaringan operator selular. Sedang pada kasus penyadapan Jokowi ditemukan alat penyadap (Bila PDIP tidak bisa membuktikannya, maka ini merupakan blunder terkonyol, karena alat penyadap berbentuk benda yang bisa diperlihatkan, berbeda dengan isu politisasi atau kriminalisasi yang tidak berwujud). Sayangnya Tjahjo tidak/belum mau memperlihatkan ketiga alat penyadap, lebih tepatnya transmiter yang ditemukan tersebut. Dalam dunia mata-mematai pemasangan transmiter bukanlah hal yang asing. Skandal besar penempatan transmiter terjadi pada Januari 2006 saat televisi pemerintah Rusia merilis video pengintaian yang dilakukan kontra-intelijen Rusia FSB. Video itu memperlihatkan seorang diplomat Inggris Christopher Pirt sekretaris kearsipan di kedutaan Inggris saat tengah mengambil sebuah batu di satu jalan di kota Moscow. Selain Pirt, beberapa staff kedutaan Inggris lainnya juga seperti Marc Doe dan Andy Fleming diketahui berulang kali “mengunjungi” Spy Rock (Sumber : theguardian.com) [caption id="attachment_313127" align="aligncenter" width="421" caption="Spy Rock Sumber :http://www.theguardian.com/world/2012/jan/19/fake-rock-plot-spy-russians"][/caption]

Pada pertemuan tahunan AUSA (Association of the United States Army) di Washington, DC yang berlangsung pada 25 Oktober 2013, Lockheed Martin memamerkan perkembangan teknologi transmiter mata-mata yang disebut SPAN (Self-Powered Ad-hoc Network). SPAN merupakan generasi terbaru dari Spy Rock. Alat pemata-mata ini selain lebih murah dari Spy Rock juga dapat bertahan bertahun-tahun lantaran dapat mengisi energi sendiri dengan menggunakan sinar matahari (Sumber : wired.com)

Tentu bentuk luar dari Spy Rock atau pun SPAN bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, berbentuk batu-bata yang akan disisipkan di dinding. Berbentuk keramik, mamer, atau granit yang bisa dipasangkan di lantai. Atau berbentuk handphone sehingga bisa dibawa ke mana-mana mengikuti targetnya tanpa khawatir dicurigai.

[caption id="attachment_313129" align="aligncenter" width="396" caption="SPAN produksi Lockheed Martin http://www.wired.com/dangerroom/2013/10/spy-rocks/"][/caption]

Memasang alat transmiter di beberapa ruangan bukanlah hal yang sulit bila pelakunya memiliki akses atau aset yang ada di sekitar sasaran. Contohnya, pelaku penyadapan merekrut pembantu rumah tangga Jokowi untuk dijadikan “agennya”. Merekrut orang yang memiliki akses di lingkungan target merupakan cara yang paling efektif dengan tingkat resiko rendah ketimbang harus menginfiltrasi sendiri lokasi target.

Mungkin mata-mata yang memasang transmiter di rumah dinas Jokowi tertangkap kamere CCTV seperti Christopher Pirt yang tertangkap tangan oleh FSB.

[caption id="attachment_313130" align="aligncenter" width="492" caption="Aksi Christopher Pirt yang lebih mirip Johnny English ketimbang James Bond Sumber: http://www.mirror.co.uk/news/uk-news/britain-behind-james-bond-style-fake-190824"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun