Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sanggupkah Golkar Steril dari Sosok yang Disebut Virus ini?

2 Desember 2014   23:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:12 1070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1417512923205765434

[caption id="attachment_357429" align="aligncenter" width="297" caption="Ical, calon Ketua Umum Golkar yang disebut virus oleh kadernya sendiri. Sumber Tempo.co"][/caption]

"Ini orang-orang yang bisa jadi virus untuk Prabowo dalam rangka pemenangannya," kata Ketua Forum Silaturahmi DPD II Golkar Muntasir Hamid pada 9 Juni 2014 lalu.

“Orang-orang” yang dimaksud virus oleh Muntasir adalah ARB alias Ical alias Aburizal Bakrie, Idrus Marham dan Setya Novanto. Walaupun sulit dibuktikan kaitannya, faktanya pasangan Prabowo-Hatta kalah pada Pilres 2014 meski partai pendukungnya lebih banyak ketimbang Jokowi-JK.

Anggapan Ical sebagai virus memang tidak berlebihan. Ical lebih kental dengan citra negatif ketimbang positif. Bicara Ical otomatis membicarakan korban lumpur Lapindo yang sampai hari ini belum jelas penyelesaiannya. Bicara Ical juga mau tidak mau menyinggul soal skandal pajak yang diduga melibatkannya. Bicara Ical tentu saja teringat pada video mesranya dengan duo Zalianty. Bicara Ical pastinya membuka memori tentang tagihan 90 gelas es tebu jambi seharga Rp 360 ribu yang dikemplang Ical beserta rombongannya.

Lucunya, setiap kali ada rilis survei yang menjulangkan elektabilitasnya selalu disertai dengan kejanggalannya. Pada 20 Oktober 2013 Lingkaran Survei Indonesia (LSI) merilis hasil surveinya tanpa menyertakan Jokowi dan Prabowo yang biasanya menempati peringkat pertama dan kedua dalam sejumlah survei.

Kedua tokoh tersebut dihilangkan karena dalam metodologinya LSI hanya memberi pilihan capres yang berasal dari parpol tiga besar menurut survei LSI dan pemimpin struktural parpol atau peserta konvensi. Menurut survei LSI, Gerindra tidak masuk 3 besar sehingga nama Prabowo dicoret. Sedang nama Jokowi dicoret karena bukan pemimpin struktural parpol. http://politik.kompasiana.com/2013/10/20/akal-akalan-lsi-dongkrak-elektabilitas-ical-603417.html

Sebenarnya, akal-akal LSI untuk mendongkrak elektabilitas Ical bukan kali itu saja. Sebelumnya LSI menempatkan Ical sebagai capres terkuat dengan tingkat elektabilitas mencapai 36% dan tertinggi di antara capres-capres lainnya seperti Megawati (22,9%), dan Prabowo (10,1%). Namun, angka tersebut diraih Ical karena ia dipasangkan dengan Jokowi sebagai cawapresnya, sedang Megawati dipasangkan dengan Jusuf Kalla dan Prabowo yang dipasangkan dengan Hatta rajasa. Dan, apabila dicermati lagi tingkat elektabilitas 36% adalah rata-rata tingkat elektabilitas Jokowi yang didapat dari berbagai hasil survei.

Dan “virus” yang disebut telah menggerogoti kemenangan Prabowo-Hatta itu secara matematis dipastikan akan memperpanjang jabatannya sebagai Ketua Umum Golkar lewat Munas IX di Bali. Menariknya lagi, virus tersebut mendapat sokongan dari virus-virus lainnya yang pernah disebut oleh Muntasir.

Dengan segala citra negatfnya, sudah pasti lawan politik Golkar akan mengidentikkan Golkar dengan Ical. Dan, lawan politik Golkar itu bukan hanya partai-partai yang tergabung dalam KIH, tetapi pada suatu ketika parpol-parpol KMP pun akan menjadi lawan politiknya. Karena dalam pemilu 2019 nanti semua parpol akan kembali bersaing. Maka, teman Golkar hanyalah Golkar itu sendiri.

Pada pemilu serentak yang mulai digelar pada 2019 nanti di mana pileg dilaksanakan pada saat yang bersamaan dengan pilpres, maka sosok caleg dan sosok capres memiliki peran sangat signifikan dalam mendulang suara. Jika, :”virus” Ical diidentikkan dengan Golkar, maka jangan berharap Golkar dan capres yang diajukannya akan meraih kemenangan pada 2019 nanti.

Kalau Ical masih dipandang sebagai virus, kenapa Golkar masih bernafsu ingin mempertahankannya sebagai ketua umum? Jika jawabannya adalah kepemilikan Ical atas TV One dan media lainnya, maka jawaban itu adalah salah. Buktinya, PDIP memenangkan Pileg 2014 meski tanpa kepemilikan media. Dan, pada masa kampanye pileg 2014 lalu Metro TV tidak berpihak pada PDIP. Bahkan dalam berbagai kesempatan, serangan Prabowo kepada Jokowi ditayangkan Metro TV berulang-ulang.

Di sisi lain, meski memiliki akses atas sejumlah media tingat elektabilitas Ical tidak kunjung melampaui satu digit. Hal ini membuktikan bila kepemilikan terhadap akses media tidak signifikan terhadap tingkat elektabilitas. Apalagi ctra TV One dengan slogannya “TV One memang beda” ini tidak lebih baik ketimbang citra Ical sebagai pemiliknya.

Sumber : http://nasional.kompas.com/read/2014/06/09/1315130/Dianggap.Virus.Prabowo-Hatta.Disarankan.Tak.Libatkan.Aburizal.di.Kampanye

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun