Gus Dur
Gus Dur layak disebut sebagai pejuang demokrasi. Beliau adalah tokoh panutan yang dihormati karena perjuangannya mengabdi pada masyarakat. Banyak sekali jasa-jasanya bagi bangsa dan negara yang tak ternilai. Berikut ini dipaparkan Ide dan Perjuangan serta komentar dari tokoh-tokoh tentang beliau.
Ide dan Perjuangan Demokrasi
Pada Oktober 1983, Gus Dur menyimpulkan bahwa Nahdlatul Ulama (NU) harus menerima Pancasila sebagai Ideologi Negara.
Pada tahun 1987, Gus Dur membina hubungan baik dengan Soeharto namun dengan tetap mempertahankan sikap kritisnya terhadap sejumlah masalah sosial. Ia mengkritik pemerintah karena proyek Waduk Kedung Ombo di Jateng yang didanai oleh Bank Dunia.
Pada tanggal 22 Desember 1990, Majalah Editor menulis tentang Gus Dur dengan judul "Suatu Mosaik yang bernama Abdurrahman Wahid" sedangkan sub judulnya : "Gus Dur orang terpopuler tahun 1990, sering bersikap kontroversial dan tidak takut menjadi merdeka."
Pada bulan April 1991 Gus Dur berkata : " Tidak ada gunanya berdebat dengan pemerintah. Tak ada dialog. Mereka hanya bicara sendiri saja. Percakapan mereka hanyalah serangkaian monolog. Kakunya kebijakan pemerintahlah yang menyebabkan timbulnya represi dan hal ini pada gilirannya melahirkan sektarianisme."
Sikap blak-blakan dari Gus Dur yang berani membuatnya sering dikutip berbagai pihak karena wartawan biasanya jarang memiliki sikap serupa.
Pada tahun 1991, Gus Dur membentuk Forum Demokrasi, organisasi yang terdiri dari 45 orang intelektual dari berbagai komunitas religius dan sosial. Organisasi ini cukup diperhitungkan oleh pemerintah sehingga pemerintah menggagalkan pertemuan yang diadakan oleh Forum Demokrasi saat menjelang pemilu legislatif 1992.
Pada Maret 1992, Gus Dur berencana mengadakan Musyawarah Besar untuk merayakan ulang tahun NU ke-66 dan mengulang pernyataan dukungan NU terhadap Pancasila. Gus Dur sebenarnya merencanakan acara itu dihadiri oleh paling sedikit satu juta anggota NU. Namun yang datang diperkirakan hanya 200.000 orang karena adanya hambatan dari pihak-pihak tertentu.
Pada November 1998, dalam pertemuan di Ciganjur, Gus Dur, bersama dengan Megawati, Amien, dan Sultan HB X kembali menyatakan komitmen mereka untuk reformasi.