Mohon tunggu...
Nurul Anwar
Nurul Anwar Mohon Tunggu... Freelancer - Citizen Journalism | Conten Writer | Fasilitator | Pekerja Sosial |

Menulis seputar Lifestyle | Ulasan | Refleksi | Opini dst.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kemiskinan adalah Pangkal Segala Keburukan

1 Januari 2023   14:18 Diperbarui: 1 Januari 2023   14:41 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kami memang orang miskin. Di mata orang kota, kemiskinan itu kesalahan. Lupa mereka lauk yang dimakannya itu kerja kami". Demikian ucap Pramoedya Ananta Toer. Ucapan tadi jika kita resapi dan endapkan dengan fikiran yang jernih ternyata benar adanya. Namun, nampaknya terlalu terburu-buru bila kita pahami tanpa lebih dulu tahu ada latar apa dibalik Pram meluapkan pernyataannya barusan. Pram sebagaimana umum diketahui, ia adalah sastrawan yang pernah melewati masa sebelum seperti  sekarang (zaman dulu) disamping itu nafas pembebasan individu dalam karyanya sangat kental terasakan. Pada masa-masa itulah Pram meluapkan pernyataannya di atas. 

Hidup dalam penjara kemiskinan memang tidak pernah menguntungkan. Karena kemiskinan adalah pangkal dari segala hal keburukan. Terbaru, menurut data resmi yang dilansir dari Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu RI bahwa tingkat kemiskinan Indonesia per Maret 2022 yang kembali menurun menjadi 9,54%, dari semula 9,71% di Bulan September 2021 (Maret 2021: 10,14%). Hal ini menunjukkan kualitas pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2022. Betul, kalau fakta ini adalah pertanda sinyal yang baik bagi Indonesia. Namun penting diingat, pengentasan kemiskinan pada umumnya dan khususnya di Indonesia bukanlah perkara yang mudah. Ia adalah mega proyek yang berkelanjutan dan butuh evaluasi serta inovasi-inovasi yang terbarukan.

Penyebab kemiskinan dapat terjadi secara kondisi alamiah-ekonomi dan dapat pula terjadi lantaran kondisi struktural-kondisional. Kemiskinan yang disebabkan oleh kondisi alamiah-ekonomi timbul akibat keterbatasan sumber daya baik alam, manusia dan yang lain sehingga peluang produksi terbilang kecil. Sementara kemiskinan yang timbul karena kondisi struktural-kondisional disebabkan pembangunan yang belum merata. Berdasarkan dua sebab kemiskinan di atas, paling minimal dapat mengidentifikasi masalah yang ada di lapangan  sehingga bisa dicarikan pemecahan masalahnya.

Sesuai dengan tujuan pembangunan yang dicanangkan oleh Sustainable Development Goals (SDGs) yakni pembangunan yang menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan, pembangunan yang menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, pembangunan yang menjaga kualitas lingkungan hidup serta pembangunan yang menjamin keadilan dan terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas hidup dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan salah tujuannya yakni 'Tanpa Kemiskinan' merupakan suatu kebenaran yang sifatnya universal serta menjadi pembahasan bersama. Sebab kemiskinan adalah pangkal dari segala keburukan.

Melihat dari urutan tujuannya 'Tanpa Kemiskinan' berada diurutan pertama, kemiskinan laksana sebuah gerbang, gerbang awal timbulnya masalah-masalah yang terjadi di tengah kehidupan masyarakat seperti ketimpangan sosial, kriminalitas, kesehatan, kelaparan, minimnya sumber daya manusia, menurunnya tingkat pendidikan dan lain sebagainya. Miris memang, Indonesia sebagai negara yang dikata kekayaannya melimpah namun faktanya berbanding terbalik, masih ada sebagian masyarakatnya yang berada dalam kurungan kemiskinan.

Kemiskinan dan ketimpangan sosial adalah dua hal yang berkelindan erat. Misalnya, masyarakat yang miskin dilihat dari kesejahteraan hidupnya masih jauh dari kata baik. Jangankan untuk hidup yang layak, bisa makan untuk besok hari saja sudah sangat beruntung. Jika sudah demikian, kekalutan hidup menghantui setiap langkah kakinya. Maka bukan tidak mungkin untuk menghalalkan segala cara agar bisa bertahan hidup, jika sudah demikian, tingkat kriminalitas akan meninggi.

Dari segi pendidikan, masyarakat yang miskin dipaksa untuk berhenti mengenyam pendidikannya di sekolah, harapan agar dapat merubah nasibnya tertahan karena akses pendidikan yang terbilang sulit digapai. Alih-alih hendak memutus rantai kemiskinan yang ada malah terkungkung dalam lingkaran tadi. Dengan pendidikan, paling minimalnya dapat menaikkan taraf kehidupan, memiliki skill dan dapat bersaing dalam dunia pekerjaan yang goal-nya adalah mengentaskan kemiskinan.

dokpri
dokpri

Sementara dari sudut kesehatan sangat kentara sekali berkaitan dengan kelaparan. Akibat jeritan kemiskinan yang semakin melengking, perut kosong pun semakin dalam terasakan. Kelaparan memicu timbulnya penyakit lainnya. Ia mengular, berantai dan melahirkan penyakit baru. Jadi jelas, dengan sepintas gambaran di atas kemiskinan adalah gerbang awal timbulnya masalah-masalah kehidupan. 

Dalam pada itu, persoalan pengentasan kemiskinan bukanlah tugas negara saja, ia menjadi tugas bersama yang multisektor dan multipola. Negara dalam hal ini pemerintah diharapkan hadir mengobati permasalahan yang tepat sasaran. Pun sebaliknya, masyarakat juga turut andil seperti dengan menaikan mutu pendidikan, bekerja keras agar dapat merubah nasib hidupnya. Terjadi dua arah di sini yang lalu menjadikan isu pengentasan kemiskinan sebagai permasalahan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun