Menyesal rasanya, setelah lama menjauh dari karangan-karangan Eka Kurniawan. Buku Corat-Coret di Dinding adalah karya ketiga Eka Kurniawan yang sudah saya tuntaskan. Dua buku sebelumnya, yakni Seperti Dendan Rindu Harus di Bayar Tuntas dan Lelaki Harimau sudah tamat jauh-jauh hari. Entah kapan tepatnya, aku lupa. Sebagaimana biasa, dua buku yang disebut belakangan hasil dari perburuan dari satu rak ke rak buku yang lain. Alias hasil pinjaman.
Beruntung, Corat-Coret di Toilet resmi jadi kepemilikan saya dan semoga saja, Cantik Itu Luka segera merapat di rak buku. Soalnya, ajakan membaca Cantik Itu Luka mendenging keras. Sabar, barangkali bulan depan atau- entah itu kapan. Corat-Coret di Toilet adalah kumpulan cerpen Eka Kurniawan rentang tahun 1999-2000. Setidaknya ada 12 cerita pendek di buku ini.
Bagaimana serunya? baca ulasan sampai selesai ya.
Dari 12 cerita pendek di buku ini, berikut inilah cerita pendek pilihan yang sukses membuat saya terjungkal.
Peter Pan: Si Pencuri Buku
Peter Pan adalah cerita pertama di buku ini. Seorang mahasiswa sekaligus pencuri buku. Buku ia curi dari perpustakaan-perpustakaan kota. Ini sengaja ia lakukan agar ia ditangkap sehingga ia tahu bahwa pemerintah memang mencintai buku dan benci para pencuri buku. Katanya pada suatu hari "Lebih baik kita perang karena alasan yang logis. Yakni karena pemerintah tak menangkapku, si pencuri buku perpustakaan".
Ribuan buku Peter telah curi, namun belum juga ia ditangkap. Ia berinisiatif Gerilya! Mirip gerakan pemberontakan Che Guevera. Semua bukunya ia jual untuk modal perang gerilya. Peter menjadi orator ulung, mengajak pemberontakan. Buruh, pedagang, pegawai kantor, turun aksi berdemonstrasi. Namun sayang, aksinya berakhir malang. Aksi demonya tidak membuahkan hasil. Malah, nasib tragis menimpa Peter. Ia di curi, dihilangkan dari bumi. Entah ke mana dan di mana batang tubuhnya. Tragis.
Corat Coret di Toilet
"Reformasi gagal total, Kawan! Mari tuntaskan revolusi demokratik". Begitu bunyi coretan di dinding toilet yang belum lama di cat. Jangan memprovokasi! Revolusi tak menyelesaikan masalah. Bangsa kita mencintai kedamaian. Mari lakukan perbuahan secara bertahap". Timpal coretan lainnya.
Keesokannya, dari tangan yang berbeda disahuti pula coretan sebelumnya, katanya "Kau pasti antek tentara! Antek orde baru! Feodal, borjuis, reaksioner goblok! Omong kosong reformasi, persiapkan revolusi!". Begitulah seterusnya, coretan dibalas coretan. Hasilnya, dinding toilet penuh dengan corat-coret nakal, mesum, cerdas maupun goblok, sebagaimana toilet-toilet umum di mana pun: terminal, stasiun, sekolah-sekolah bahkan di gedung departemen. Puncak coretannya "Aku tak percaya bapak-bapak anggota dewan, aku lebih percaya kepada dinding toilet".