Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Apa Julukan Fisik Anda?

12 April 2015   07:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:14 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1428798079816472566

Setiap orang baik diketahui atau tidak diketahui olehnya, memiliki julukan fisik yang diciptakan oleh orang lain untuk mendeskripsikan dirinya sesuai kondisi fisiknya. Misalnya seperti yang saya dengar beberapa waktu lampau ketika saya ada urusan di suatu gedung di Surabaya.

Waktu itu saya hendak masuk areal parkir dimana loket parkir dijadikan satu sehingga baik mobil dan sepeda motor harus mengantri. Sistem parkirnya dibayar di muka alias prabayar. Nampaknya ada seorang pria pengendara sepeda motor di depan saya yang begitu menerima karcis parkir langsung ngeluyur masuk areal parkir tanpa membayar ongkos parkir, entah ia belum mengetahui sistem parkir atau mungkin saja ia enggan membayarnya. Pria yang membonceng seorang anaknya itu memacu kendaraannya hampir beriringan dengan dua motor lainnya. Waktu itu petugas parkirnya dua orang pria. Pria yang melayani sepeda motor merasa kesal karena salah satu pria pengendara motor tidak membayar. Temannya bertanya motor yang mana yang belum membayar? Karena ada tiga motor berjalan hampir beriringan. "Itu yang gendut belum bayar…"

Waduh, saya yang mendengar obrolan mereka kok merasa tidak nyaman. Petugas parkir mengatakan: “yang gendut…”. Bukan karena saya juga berperawakan ehem.. gendut, tapi penyebutannya itu lho.. Diucapkan dalam rangka mengungkapkan kekesalannya perihal tidak membayar ongkos parkir. Padahal bisa saja pria itu lupa atau mengira sistem parkirnya pasca bayar.

Baiklah, cerita di areal parkir saya sudahi dulu. Saya hendak membahas tentang penyebutan fisik untuk orang lain yang cenderung berkesan negatif. Misal: gendut, kurus, pincang, dan sebagainya. Misalnya: "Eh, Cang kemana loe?" untuk menyapa orang yang tertatih jalannya. "Si gendut tuh yang bawa barangnya..."  atau "Eh bencong, elu gak ngemall?" atau "Tau gak Bapak yang tonggos di lobby?”  dan sebutan-sebutan lainnya dan itu kerap kita dengar di sekitar kita yang mungkin ada diantara kita pernah mengungkapkannya baik terang-terangan di hadapan seseorang yang ia tuju atau tidak

Fisik seakan first impression atau kesan pertama yang dilihat seseorang atas diri orang lain, dan sayangnya sesuatu yang paling mudah untuk mendeskripsikan seseorang. Sekedar membagi pengalaman pribadi, saya pernah disebut sebagai si ceking atau si kerempeng bahkan tetelan (artinya daging sisa di stand penjual daging ayam) saking kurusnya badan saya. Saya juga pernah disebut "si gendut" karena badan saya yang cukup seksi dengan bongkahan padat lemak di perut saya.

Panggilan atau penyebutan seseorang sesuai fakta atas kondisi fisik seseorang memang lebih mudah daripada pendeskripsian lainnya. Misalnya: "Kau tahu perempuan berbaju biru bawahan hitam yang berjalan ke arah kiri, yang membawa tas hitam? Dia teman istriku." Jika melihat kondisi fisiknya bisa dipersingkat menjadi, misalnya "Kau tahu perempuan gendut berbaju biru di sana? Dia teman istriku." Efisien, bukan?

Lagi, pengalaman saya - sekedar flashback saja - ketika sekolah dulu ada tiga orang yang bernama sama dengan saya namun berbeda fisik. Satu berbadan gemuk tinggi besar, satu gemuk dan saya kurus. Kondisi fisik kami yang berbeda satu sama lain justru memudahkan teman-teman (bahkan mungkin juga guru-guru) untuk menyatakan “yang mana diantara kami bertiga yang mereka maksud”? Hal ini mungkin masih terekam di ingatan teman-teman ketika suatu saat kita chatting, telepon ataupun kopi darat membicarakan masa-masa dulu ketika sekolah. Tapi mungkin sekarang mereka akan melihat saya yang berbeda, gendut. Tapi tetap saja masa lalu biarpun menjadi masa lalu tetap saja merupakan memori yang sulit dikelupas dari ingatan teman-teman sekolah saya, bahkan meskipun sekarang secara fisik saya sudah overweight, tetap saja saya  menjadi yang kurus. Hehe.

Tapi menurut saya, sebuah panggilan fisik itu bisa bernada positif atau negatif. Konteks, adalah situasi ketika seseorang menyebut fisik orang lain, apakah dalam kondisi marah, senang, bercanda? Hal itu akan bernada negatif jika seseorang sedang marah atau kesal. Seperti peristiwa yang saya lihat tadi: "Itu yang gendut belum bayar…"

Tapi, apapun itu menurut saya hindarilah menyebut orang lain dengan kondisi fisiknya. Tidak semua orang memiliki tingkatan psikologis yang sama dalam menerima suatu sebutan terkait kondisi fisik mereka. Kecuali kondisi rupa cantik atau tampan, maka setiap orang suka dipanggil demikian. Misal: "Hai cantik..." atau "Halo ganteng..." Siapa yang tidak suka dipanggil demikian, termasuk saya.

Selamat menikmati hari Minggu…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun