"Oh iya, iya, Mas. Mas Arbi. Pernah liat videonya nyanyi di YouTube," jawab Dirga sambil mengangsurkan suapan mie terakhir di mulutnya.
"Kok ya kebetulan mobilnya baru diservis pula. Jadi ya... Mas menganggap itu rejeki besar dari Tuhan," kata Rangga yang juga memasukkan suapan mie terakhir di mulutnya. Ia meraih gelas plastiknya lalu menghirup air teh yang lumayan meredakan rasa pedas di mulutnya.
***
Menjelang jam tujuh malam, mereka dipangil dokter. Kondisi ayah mereka semakin menurun. Dokter mengatakan kepada mereka berdua agar mengikhlaskan ayah mereka bila Tuhan memanggilnya.
Pukul tujuh lebih lima menit, dokter mengabarkan bahwa ayah mereka telah tiada. Rangga dan Dirga saling berpelukan dengan isak tangis yang tertahan.
Pilu, tetapi mereka harus mengikhlaskan kepergian sang ayah. Tuhan lebih memilih ayah mereka berada di sisi-Nya untuk melepaskan penderitaannya.
Dua orang perawat melepaskan semua selang dan kabel-kabel dari tubuh ayah mereka. Mereka melihat wajah sang ayah untuk terakhir kalinya sebelum para perawat membentangkan sebuah kain berwarna putih untuk menutupi tubuh ayah mereka.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H