Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Kalau Beneran Terjadi Resesi, Kita Harus Bagaimana?

14 Juli 2022   13:11 Diperbarui: 14 Juli 2022   14:41 1304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Resesi ekonomi global sudah di ambang pintu. Sejak pandemi COVID-19 terjadi, perekenomian global sudah terasa lesu. Ketika perekonomian hendak bangkit, konflik Rusia-Ukraina memperparah situasi, mendorong negara-negara di dunia mengatur strategi.

Awal Mei 2022 lalu, Presiden Joko Widodo sudah mengutarakan kekhawatirannya mengenai resesi ekonomi global yang mengancam perekonomian sekira 60 negara di dunia. Presiden mengingatkan agar kebijakan strategi ekonomi makro dan mikro nasional dirumuskan secara lebih serius. (sumber CNBC Indonesia)

Situasi di Indonesia saat ini masih adem ayem. Angka pertumbuhan ekonomi di RI di kuartal pertama 2022 sebesar 5,01 persen YOY (sumber: Kompas.com), sedangkan kuartal kedua diperkirakan di atas 5 persen (sumber: Kompas.id).

Angka tersebut nampaknya positif dibandingkan sejumlah negara lainnya. Sementara itu, survei yang dilakukan Bloomberg menempatkan Indonesia di posisi ke-14 dalam daftar 15 negara yang berpotensi mengalami resesi. Artinya, Indonesia memiliki kemungkinan kecil terjadi resesi. (sumber: Kompas.com)

Dilansir dari sumber yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan agar kita tetap harus waspada tentang kemungkinan terjadinya resesi di negara kita. Menteri juga mengatakan bahwa situasi global saat ini bisa terjadi hingga tahun depan.

Tentang angka pertumbuhan ekonomi nasional yang nampaknya baik-baik saja, nampaknya itu selaras dengan situasi di sekitar kita. 

Kita melihat orang-orang masih belanja ke pasar setiap hari, begitu pula mal dan ritel moderen masih ramai didatangi.

Di akhir pekan, mal-mal masih ramai pengunjung. Resto-resto premium di dalamnya misalnya, penuh dengan orang-orang yang ingin makan enak. Kafe-kafe juga masih menjadi destinasi pecinta kopi yang datang sendiri atau pun rame-rame.

Remaja "SCBD" juga nampak hepi JJJ (jalan-jalan jauh) ke wilayah SCBD. Jangan tertipu dengan penampilan street style mereka yang rada nyentrik. 

Outfit beberapa dari mereka terbilang tidak murah. Bekal uang mereka juga cukup lumayan untuk menggerakkan perekonomian di area situ, setidaknya di area sekitar stasiun MRT Dukuh Atas.

Di sisi lain, kehidupan masyarakat yang nampak tenang sebenarnya juga dibayang-bayangi kekhawatiran. Saat ini harga kebutuhan sehari-hari mulai merangkak naik. Kenaikannya bervariasi, bisa kita pantau di laman Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional atau PIHPS Nasional.

Kabar terkini, harga sebagian produk BBM dan LPG nonsubsidi juga baru naik. (sumber: Kompas.com) Biaya energi yang meningkat biasanya berefek domino di mana harga komoditas dan barang-barang kebutuhan sehari-hari juga ikut terkerek.

Kenaikan biaya energi tidak bisa dihindari. Begitu pula dengan kenaikan harga kebutuhan sehari-hari yang disebabkan oleh kenaikan harga energi.

Masyarakat harus mensiasati agar uang yang diperoleh cukup untuk membiayai kebutuhan keluarganya sehari-hari. Asap dapur harus tetap mengepul lantaran ada banyak mulut yang harus makan tiga kali sehari.

Harapan kita semua, mudah-mudahan resesi ekonomi global tidak begitu berdampak pada kehidupan kita sehari-hari. Apabila fundamental ekonomi negara kita kuat dan strategi yang diambil pemerintah tepat, dampaknya tidak bakal hebat.

Tetapi seandainya kita terseret ke situasi resesi ekonomi global, rasanya kita perlu mempersiapkan diri mulai sekarang. Baik lajang atau pun keluarga, masing-masing perlu paham jurus berkelit di masa sulit.

Kita tidak tahu apakah situasi yang bakal kita hadapi nanti akan mirip dengan krisis ekonomi parah di penghujung tahun 1990an. Kita pernah terpukul hebat di masa itu. Tapi bukankah pengalaman adalah guru yang paling baik?

Senyampang ancaman resesi ekonomi masih jauh dari tempat kita berdiri, rasanya kita perlu mempersiapkan diri. 

Beberapa hal berikut rasanya perlu kita lakukan agar kehidupan kita baik-baik saja ketika masa resesi itu tiba.

Hemat pangkal nikmat

Ungkapan "hemat pangkal kaya" kedengarannya baik, tetapi rasanya kurang relevan di tengah situasi resesi. 

Ungkapan "hemat pangkal nikmat" terasa lebih indah dibandingkan "hemat pangkal kaya". Boro-boro kaya, bisa makan tiga kali sehari saja sudah alhamdulillah.

Keluarga-keluarga di Indonesia pasti ingat dengan situasi krisis ekonomi parah di tahun 1998 lalu. Banyak orang hidup susah lantaran harga kebutuhan pokok melambung begitu tinggi. Pada waktu itu setiap orang menyalakan mode bertahan hidup.

Di masa itu masyarakat melakukan penghematan di sana-sini. Ada banyak cerita pilu yang mungkin pernah kita alami, kita dengar atau baca. Mungkin ada keluarga yang harus berbagi sebutir telur ayam, atau sebungkus mie instan, atau semangkuk sayur, demi bisa bertahan hidup.

Kita semua tidak ingin mengulangi apa yang terjadi di tahun 1998. Tetapi bila masa-masa seperti itu datang lagi, maka kita harus memastikan setiap anggota keluarga kita tetap bisa makan dengan layak tiga kali sehari.

Caranya dengan memangkas bujet non esensial. Termasuk di dalam pos ini adalah semua kebutuhan yang bukan termasuk kebutuhan pokok. Kita bisa membuat daftar rinci item pengeluaran bulanan lalu memprioritaskan semua item yang paling esensial.

Bila kita rajin berhemat, maka kita akan hidup nikmat walau berada di tengah situasi yang liat.  

Tetap sehat

Kalau resesi beneran terjadi, maka kita menghadapi dua hal yaitu pandemi COVID-19 yang mungkin belum akan selesai, dan resesi itu sendiri. Kita bisa bertahan dengan menjaga kesehatan baik-baik.

Jangan sampai kita jatuh sakit. Karena bila kita sakit, semua aktivitas kita jadi terhambat. Meski kita punya asuransi kesehatan dan BPJS Kesehatan sekalipun, kalau sudah jatuh sakit kita akan tersiksa. Kita jadi susah berpikir, pergerakan kita juga terbatas karena harus bed rest selama beberapa waktu lamanya.

Agar kita tetap sehat, pastikan pola makan harian layak dan bergizi. Jadi tidak cukup hanya kenyang, asupan juga harus bernutrisi. Terlebih bila kita memiliki anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, asupan gizi yang cukup sangat penting.

Aktivitas olahraga jangan dilupakan, baik dilakukan di rumah, di tempat kerja, atau pun di fasilitas publik. Olahraga yang wajar saja, jangan sampai kelelahan karena kelelahan juga tidak baik bagi tubuh.

Gaya hidup tidak sehat mesti kita tinggalkan. Gaya hidup demikian membuat tubuh kita lelah, lesu, hingga rentan dihinggapi penyakit.

Dana darurat

Alokasi dana darurat penting dan perlu dipersiapkan sedari awal. Rudiyanto, seorang direktur perusahaan investasi terkemuka di Indonesia, pernah membagikan tips mengelola penghasilan termasuk bagaimana mengalokasikan dana darurat di Kompas.com.

Dalam mengelola penghasilan, ada prinsip 10 - 20 - 30 - 40 yang bila dijumlahkan adalah 100. Angka-angka itu adalah angka persentase.

Sebanyak 20 persen penghasilan dialokasikan untuk masa depan. Dalam pos ini terdapat sejumlah peruntukan antara lain dana darurat, asuransi jiwa dan kesehatan, dana pendidikan anak, dana pensiun, dan dana untuk uang muka rumah (bila belum memilikinya).

Nah, dari pedoman tersebut kita bisa mengalokasikan dana darurat. Misal kita merencanakan empat item yang termasuk dalam "dana masa depan", maka kita bisa mendapatkan angka atau nominal yang harus kita simpan setiap bulannya sebagai dana darurat. Simpanan ini bisa menjadi pegangan untuk bertahan ketika masa sulit itu tiba.

Meminimalisasi hutang

Apabila kita memiliki tanggungan kredit properti baik KPR atau pun KPA, atur bujet baik-baik supaya bisa membayar cicilannya secara rutin dan tepat waktu. Begitu pula bila kita memiliki hutang kredit tanpa agunan (KTA), kartu kredit, pinjol atau pun paylater.

Dalam tulisan Rudiyanto tersebut, persentase cicilan adalah 30 persen dari penghasilan bulanan. Angka itu kerap diutarakan oleh para perencana keuangan di mana besaran hutang maksimal adalah 30 persen dari penghasilan rutin. Lebih dari itu bisa membuat kondisi keuangan kita megap-megap.

Ketika resesi terjadi di saat kita masih memiliki tanggungan kredit atau hutang, maka item-item tersebut menjadi prioritas utama dalam daftar bujet bulanan. Rasanya pahit, tetapi kita tidak memiliki pilihan selain harus membayarnya.

Pihak bank atau pun pinjol mungkin akan memberikan relaksasi di masa resesi. Tetapi bila ada rejeki lebih, sebisa mungkin mengurangi beban ini.

Syukur-syukur kita bisa menyelesaikan semuanya sebelum terjadi resesi. Bila kita bisa mengurangi tanggungan kredit atau hutang, itu akan meringankan kehidupan kita di masa resesi. Tanpa beban cicilan dan hutang, hidup kita akan jauh lebih tenang.

Penghasilan sampingan

Memiliki penghasilan sampingan adalah impian setiap rumah tangga. Gaji bulanan rutin mengisi rekening, penghasilan tambahan bisa membasmi rasa pening.

Kita sering mendengar ungkapan "gaji cuma numpang lewat". Itu ada benarnya kalau kita memiliki banyak tanggungan cicilan dan hutang. Kalau gaji lekas amblas, bagaimana kita bisa menikmati hasil jerih payah kita?

Bila situasi kita seperti itu, ada baiknya mempertimbangkan sumber penghasilan sampingan. Mungkin kita bisa mulai berjualan makanan atau pun barang secara offline atau pun online.

Berdagang secara offline memerlukan lokasi dan perabot tertentu. Tetapi bila memilih online, dengan modal ponsel dan produk, kita bisa segera berbisnis kecil-kecilan di marketplace pilihan.

Penghasilan sampingan bisa dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kita juga bisa menyisihkan sebagian untuk ditabung atau sebagai dana darurat.

Cara lain menambah penghasilan adalah dengan ngonten. Ya, orang-orang jaman sekarang kreatif membuat konten di berbagai platform karena menjanjikan penghasilan yang tidak terbatas.

Kita bisa mulai dengan konten sederhana seperti memasak menu enak, liputan kuliner,  jurnal jalan-jalan ke spot wisata, atau pun berbagi tips bermanfaat. Peralatan yang kita miliki sekarang bisa didayagunakan. Ada banyak tips dan trik di YouTube tentang pembuatan konten dengan ponsel sederhana.

Investasi

Ada sejumlah tulisan di sejumlah media tentang instrumen investasi yang bisa kita lakukan di masa resesi ekonomi. Salah satunya pernah dibagikan oleh Kompas.com yang memberi masukan lima instrumen investasi yang paling pas di masa resesi.

Dari sejumlah sumber tersebut, satu instrumen investasi yang paling mudah dilakukan oleh setiap keluarga atau individu adalah emas. Emas bersifat likuid dan nilainya cenderung naik dan stabil dari tahun ke tahun.  

Emas bisa diperoleh dengan mudah tanpa prosedur berbelit. Kita bisa membeli emas dalam bentuk batangan atau perhiasan di gerai emas atau pun toko perhiasan terdekat. Bila kondisi keuangan lagi seret, emas mudah dijual.

Selain berinvestasi emas fisik, kita juga bisa berinvestasi emas digital lewat aplikasi. Ada sejumlah platform yang menyediakan layanan emas digital atau tabungan emas, salah satunya adalah Pegadaian.

Sebelum berinvestasi di instrumen ini, pelajari baik-baik ketentuannya agar kita bisa lebih nyaman berinvestasi.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun