Ketika menonton video singkat tentang kegiatan Ospek (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus) di sebuah universitas yang sedang viral itu, ingatan saya menerawang ketika menjalani masa Ospek di kala SMA dulu. Senior saya waktu itu membentak nggak jelas, mewajibkan junior berpakaian dengan tambahan hiasan ini itu, menyuruh junior membawa barang-barang langka atau tidak ada di pasaran, melakukan kegiatan yang konyol, dan lain-lain.
Ketika memasuki perguruan tinggi, kebetulan perguruan tinggi tempat saya pernah menimba ilmu dulu sudah menghilangkan kegiatan unfaedah semacam itu. Saya bersyukur pihak universitas mengambil keputusan yang lebih bijaksana. Para senior tetap tampil di depan junior tetapi dengan cara yang santai dan nyaman di hati. Mereka lebih banyak berbagi tentang kegiatan kampus.
Begitu juga dengan Ospek fakultas, jauh dari kegiatan tidak jelas. Saya ingat para senior membuat kegiatan yang mengasah intelektual misalnya diskusi mengenai isu yang sedang hangat. Kami membentuk kelompok, setiap kelompok didampingi seorang senior, yang seingat saya menilai keaktifan masing-masing junior dalam berdiskusi. Kegiatan Ospek yang lebih kecil, yaitu Ospek program studi atau jurusan, mahasiswa baru malah dilibatkan dalam kegiatan bakti sosial di daerah yang jauh.
Jadi saya merasa heran ketika menonton video singkat itu, mengapa kegiatan Ospek semacam itu masih eksis? Terlepas dari apakah pihak universitas memberi restu atau tidak (belakangan muncul surat resmi dari pihak universitas bahwa ada kesalahan koordinasi terkait dengan kegiatan tersebut - sumber: hai), menurut saya kegiatan Ospek semacam itu sangat tidak relevan dengan kondisi saat ini.
Saya pribadi menyayangkan mengapa para senior kampus tersebut, dan juga senior di kampus lain yang mungkin masih mengadakan Ospek serupa tetapi tidak viral, tidak memikirkan kegiatan yang positif dan bermanfaat bagi mahasiswa baru? Ada banyak sekali kegiatan, apalagi yang berkaitan dengan mengasah intelektual, tetapi mengapa masih memilih metode bar-bar semacam itu?
Kalau para senior merasa bahwa penggemblengan mahasiswa baru semacam itu perlu dilakukan untuk melatih mental mahasiswa baru, sebetulnya masih ada bentuk kegiatan lain yang lebih positif. Untuk itu, para senior kampus perlu dan harus memiliki daya kreativitas dalam mengemas kegiatan Ospek yang bermanfaat dan bermartabat.
Beberapa usulan kegiatan Ospek yang bermanfaat dan bermartabat
Ospek bentak-bentak, marah-marah yang nggak jelas itu masa lalu. Para senior harus menyadari bahwa para mahasiswa adalah manusia dewasa yang bermartabat, siapapun mereka. Usia mereka rata-rata sudah lewat 17 tahun dan itu sudah tergolong usia dewasa.
Selain itu, para senior kampus juga perlu berempati bahwa diantara junior yang mereka bentak-bentak itu ada mahasiswa yang rentan terdampak secara psikologis. Salah besar bila para senior kampus menggeneralisasi kondisi psikologis setiap mahasiswa baru.
Setiap mahasiswa baru adalah individu yang unik. Mereka datang dari berbagai latar belakang keluarga yang berbeda. Siapa tahu ada mahasiswa yang lelah dengan situasi di rumahnya karena orang tuanya kerap berselisih? Siapa tahu ada mahasiswa baru yang kuliah sambil bekerja sehingga tidak sempat mencari barang-barang yang diminta oleh senior? Siapa tahu ada mahasiswa baru yang juga merawat orang tuanya yang terbaring di ranjang, dimana kondisi itu membuat batinnya tertekan?