Baru-baru ini di salah satu grup sebuah media sosial (medsos) yang saya ikuti suasanya menghangat. Ada sebuah perdebatan yang membuat salah satu anggota memutuskan keluar dari grup.
Kalau Anda bertanya tentang biang keladinya, saya bisa memberi sedikit bocorannya. Apa lagi kalau tidak tentang SARA. Topik ini memang sensitif, rawan menimbulkan perselisihan bila sudah masuk di relung grup medsos.
Apalagi grup yang saya ikuti tersebut bersifat inklusif, seratusan anggotanya memiliki keyakinan beragam. Selama ini grup tersebut hanya membahas tentang pekerjaan atau bisnis masing-masing, berbagi berita, berbagi meme, dan diskusi tentang isu tertentu termasuk tentang COVID-19.
Penggagas topik sensitif itu pun akhirnya memutuskan keluar dari grup. Tetapi salah satu admin yang baik hati memasukkannya kembali. Beberapa waktu kemudian, yang bersangkutan memutuskan keluar saja dari grup. Alasannya dari pada menimbulkan keributan. Hmmm....
Jadi ingat dengan situasi serupa di salah satu grup medsos lainnya yang pernah saya ikuti. Tapi pemicunya bukan perdebatan tentang SARA. Anggota grup ini tidak banyak. Grup ini sering membagikan cerita lucu, meme, video lucu atau diskusi yang tidak penting. Karena memang untuk hiburan semata.
Entah bagaimana, suatu hari terjadi keributan tentang sesuatu hal. Tiba-tiba salah satu anggota yang emosi memutuskan keluar dari grup. Tetapi tidak lama, sang admin memasukkannya kembali. Mungkin karena anggota tersebut salah satu anggota yang jenaka yang kerap ditunggu celotehannya.
Selang beberapa menit kemudian dia keluar lagi, eeeh... admin lainnya memasukkannya lagi. Lalu ia keluar lagi, dimasukkan lagi, keluar lagi, dimasukkan lagi, begitu sampai berkali-kali. Hal itu memancing tawa para anggota yang direpresentasikan dengan emoji tertawa terbahak-bahak.
Saya pribadi pernah memutuskan keluar dari salah satu grup setelah menyadari adanya ketidaksehatan dalam grup tersebut. Alih-alih berbagi hal yang positif, grup itu malah membicarakan orang lain dan beberapa suka mengekspresikan kata-kata kasar.
Pada satu titik saya merasa grup itu bukan buat saya. Saya merasa tidak memiliki beban berarti keluar dari grup medsos yang saya ikuti. Apalagi dari semua grup yang saya ikuti, semuanya lewat jalur undangan. Hanya satu grup medsos yang saya tinggalkan dan sang admin tidak berusaha memasukkan saya kembali. No big deal.
Media sosial itu mirip perkakas, berguna bila kita tahu caranya
Mengikuti grup medsos ada sisi baiknya dan ada sisi negatifnya. Pertama dari sisi baiknya, kita bisa mendapatkan informasi, tambahan wawasan/pengetahuan, atau pencerahan tentang sesuatu hal.