Suatu waktu di sebuah warung makan yang tidak begitu ramai, kegiatan saya terbagi menjadi dua.Â
Yang pertama menikmati makanan warung tersebut (yang rasanya di bawah ekspektasi), dan kedua memikirkan beberapa adegan dalam film horor bertema zombie yang beebrapa waktu sebelumnya saya tonton.
Sebelumnya saya hendak menginformasikan bahwa tulisan ini mengangkat ide imajinatif bila sendi-sendi kehidupan kita diserang oleh zombie.Â
Apa yang harus kita lakukan bila zombie eksis dan mengancam hidup kita? Bila Anda berminat membaca tulisan iseng ini, silakan lanjut ke paragraf berikutnya. Bila tidak tertarik, silakan melewati tulisan ini. That easy...
***
Setiap menonton film tentang zombie, saya kerap disergap rasa ngeri. Film-film seperti "I Am Legend", "28 Days Later", "Land of the Dead", "World War Z", "Train to Busan" atau yang terbaru "Zombieland: Double Tap" membawa atmosfer menegangkan dari awal hingga akhir film.Â
Kecuali film terakhir memasukkan elemen komedi, jadi tidak ngeri-ngeri amat.
Karakter zombie dalam film adalah bagian dari budaya populer. Karakter ini pertama kali muncul dalam film "White Zombie" karya sutradara Victor Halperin yang dirilis tahun 1932 (tautan film). Sejak itu, film dengan karakter zombie pun bermunculan. Pada umumnya film bertema zombie menarik banyak penonton.
Tetapi ternyata manusia yang menjadi mayat hidup itu ada.Â
Medical News Today menginformasikan bahwa di tahun 1990an lalu, seorang dokter bernama Chavannes Douyon dan antropolog Prof. Roland Littlewood melakukan investigasi terhadap tiga orang yang berubah menjadi zombie di Haiti, Amerika Tengah. Hasil penelitian mereka dimuat dalam publikasi sains terkemuka The Lancet.
Sayangnya laporan penelitian full text mereka tidak dapat diakses secara cuma-cuma. Tetapi Mindhacks pernah mengulas tentang penelitian mereka. Jadi tiga warga itu sebetulnya telah dinyatakan meninggal dunia, namun muncul kembali sebagai zombie.