Turnamen tenis penghujung tahun WTA Finals atau WTA Championships, yang kini bernama resmi Shiseido WTA Finals, punya juara baru. Tampil sebagai debutan, Ashleigh Barty (Australia) berhasil merebut gelar juara tunggal putri setelah mengalahkan juara bertahan Elina Svitolina (Ukraina) dengan dua set langsung 6-4, 6-3.
Ini merupakan kado manis buat Barty, 23 tahun, yang tahun ini juga sukses menggondol gelar French Open 2019. Turnamen WTA Finals adalah turnamen penutup tur WTA yang hanya diikuti oleh delapan petenis terbaik tunggal dan ganda putri dunia berdasarkan peringkat Porsche Race to Shenzhen, bukan peringkat WTA.
Barty menduduki unggulan teratas di dua sistem peringkat petenis tersebut dan menjadi petenis pertama yang memenuhi syarat untuk mengikuti turnamen tersebut pada September 2019 lalu. Sedangkan Svitolina yang sebelumnya terancam "terdegradasi" di turnamen WTA Elite Trophy, ternyata bisa memenuhi kualifikasi usai turnamen Kremlin Cup 2019. Kali ini, ia menjadi unggulan ke-8 di WTA Finals.
Pertandingan antara Barty dan Svitolina mengundang decak kagum para penonton karena masing-masing petenis tampil all-out. Barty memiiki motivasi untuk mengukuhkan dirinya sebagai petenis putri nomor satu dunia di akhir tahun 2019 ini, sedangkan Svitolina yang bermain cukup taktis berupaya mempertahankan gelar juaranya.
Kejar-mengejar poin itu terus terjadi hingga kedudukan 4-4. Setelah beberapa kali terjadi rally yang menegangkan, Svitolina meraih angka karena forehand Barty gagal melewati net. Sebagai catatan, Svitolina kerap meraih angka oleh karena kesalahan yang dibuat Barty.  Â
Skor berimbang membuat suasana makin menegangkan. Nampaknya di game kesembilan Barty mampu meningkatkan permainannya. Tetapi tidak pesat karena terjadi deuce. Svitolina meraih poin advantage setelah meluncurkan dropshot berkecepatan sedang di bidang kosong Barty. Ini membuat Barty berada di bawah tekanan.
Tetapi lagi-lagi terjadi deuce. Barty yang nampak geregetan pun meluncurkan servis kerasnya yang membuahkan ace, membuatnya meraih poin advantage-nya kembali. Pada akhirnya, Barty menutup game berkat volley dan pukulan slice rendah yang mendarat aman di bidang Svitolina.
Lagi, di game kesepuluh terjadi kejar-mengejar angka hingga terjadi deuce kembali yang lagi-lagi berlangsung ketat. Break point Barty berhasil dipatahkan oleh Svitolina yang seakan tidak mau membiarkan Barty mendapatkan angka dengan mudah. Walapun tampil sebagai juara bertahan, Barty menjadi favorit juara.
Beruntung forehand Barty yang cukup rendah menabrak net dan jatuh di bidang lawan, membuat Barty meraih angka advantage-nya kembali. Pada akhirnya Barty memenangkan set pertama setelah pukulan forehand-nya tidak mampu dikejar Svitolina.