Tetapi, kota yang dulunya penuh dengan hiruk pikuk manusia itu kini menjadi kota mati. Siang sunyi, malam apalagi. Tidak ada suara burung atau jangkrik karena hewan enggan juga bersarang di sana. Air danaunya asin.
Kadar garam air danau setingkat di bawah kadar garam Laut Mati di Timur Tengah yaitu sekira 30 persen. Kadar garam danau Epecuen ini hampir sepuluh kali lipat dari kadar garam air laut pada umumnya yaitu 3,5 persen.
Sebagai informasi, wilayah perairan dengan kadar garam paling tinggi adalah Telaga Don Juan di Antartika yang memiliki tingkat salinitas 44 persen dan Danau Retba di Senegal yang 40 persen. Tidak ada makhluk biologis yang bisa bertahan hidup dengan kadar garam setinggi itu, bahkan mikroorganisme pun tidak bisa.
Oleh karena tingkat salinitas air danau yang tinggi, air danau Epecuen pernah dimanfaatkan untuk terapi pengobatan misalnya rematik, penyakit kulit dan anemia. Manfaat terapeutik air danau tersebut terkenal selama bertahun-tahun.
Khasiat terapeutik air danau Epecuen menyebar, membuat Kota Villa Epecuen menjadi salah satu destinasi wisata favorit. Para wisatawan juga senang dengan kondisi air yang membuat tubuh mereka bisa mengambang seperti air Laut Mati.
Sejauh ini belum ada rencana dari pemerintah setempat untuk membangun kembali kota Villa Epecuen. Sejumlah wisatawan mendatangi kota tersebut mungkin karena tertarik dengan cerita tentang kota itu yang pernah jaya, lalu karam dan kini muncul kembali.
Tayangan BBC Reel dengan judul "The last inhabitant of Argentina's flooded city" dapat Anda saksikan di tautan ini. Bila Anda ingin menyaksikan tayangan video lainnya, berikut film dokumenter singkat berikut ini.
Bacaan:
Terendam 25 Tahun, Desa Wisata Ini Menyisakan Satu Penduduk -- KompasÂ
The Ruins of Villa Epecuen -- The AtlanticÂ