Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Saksofonis Jazz Kamasi Washington Rilis "Heaven and Earth" dan "The Choice"

5 Juli 2018   06:25 Diperbarui: 5 Juli 2018   07:40 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasanya baru setahun yang lalu saya terlena dengan album mini "Harmony of Difference", saksofonis jazz Kamasi Washington kembali melempar album LP baru setelah album "The Epic" di tahun 2015 diapresiasi positif oleh para penikmat musik jazz.

Album terbarunya yang diberi judul "Heaven and Earth" telah resmi dirilis pada 22 Juni 2018 lalu di bawah label Young Turks yang juga merilis mini album "Harmony of Difference". Washington sebagai leader berkolaborasi dengan sejumlah musisi jazz senior dalam album ini.

Washington tidak hanya merilis satu album melainkan dua album sekaligus. Sebagai informasi, sebenarnya album resmi yang dirilis berjudul "Heaven and Earth". Ada tambahan satu album mini yang menyisip di dalam kemasan album yang diberi judul "The Choice". 

"Heaven and Earth" sendiri adalah double album yang terdiri dari dua bagian yaitu "Heaven" dan "Earth". Durasi masing-masing lagu cukup panjang, minimal lima menit. Beberapa lagu bahkan ada yang sepuluh menit durasinya.

Secara konseptual, sebagaimana Kamasi pernah mengungkapkannya dalam Pitchfork yang dirilis 9 April 2018 lalu, bahwa lagu-lagu di dalam sub album "Earth" merepresentasikan pandangannya mengenai dunia secara lahiriah dimana ia menjadi bagian didalamnya.

Sedangkan sub album "Heaven" berisi lagu-lagu yang mencerminkan pandangannya mengenai dunia dalam kacamata batin. Sepertinya album ini semacam titik balik bagi Kamasi yang mungkin saja baru mengalami pergolakan batin.

Album EP "The Choice" adalah album tambahan yang melengkapi double album tersebut, menjadikan album "Heaven and Earth" mirip dengan album "The Epic" yang berisi tiga sub album. "The Choice" berisi lima lagu dan tidak memiliki konsep apapun karena tampil sebagai bonus.

Dalam "The Choice", Washington meng-cover dua lagu yang pernah terkenal berjudul "Will You Still Love Me Tomorrow" gubahan Carole King dan Gerry Coffin dan "Ooh Child" karya Five Stairsteps.

Baiklah, sub album "Earth" berisi delapan lagu berdurasi sekira 61 menit yang dibuka dengan lagu "Fists of Fury" yang menghentak dengan tempo cepat, mengalunkan harmonisasi saksofon Washington, piano dan menyuguhkan vokal Dwight Trible dan Patrice Quinn di dua pertiga bagian awal dan akhir lagu. Lagu ini merupakan jembatan dari album sebelumnya ke "Earth".

"Can You Hear Him" sebagai lagu kedua dalam "Earth" masih bertempo cepat dengan permainan saksofon Washington yang remarkable. Lagu "Hub-Tones" menyusul dengan tempo sedikit melambat, kini dengan elemen drum yang dominan di seperempat bagian akhir lagu.

Track berikutnya berjudul "Connections" bertempo makin melambat dipadukan dengan vocal choir dan permainan trompet Dontae Winslow serta trombone oleh Ryan Porter dan elemen psychedelic synth oleh Brandon Coleman,  menghasilkan orkestrasi musik layaknya sebuah soundtrack film. Sungguh memukau telinga.

"Tiffakonkae" mengalun lebih santai dengan memasukkan elemen piano solo dan horn. Saya kurang mengerti arti judul lagu tersebut dan tidak menemukan informasinya di internet. Yang jelas musiknya enak. Lagu ini disambung dengan "The Invicible Youth", kali ini menampilkan permainan gitar bass elektrik solo yang super keren oleh Thundercat (Stephen Lee Bruner). Lagu ini ditutup dengan noise singkat.

Berikutnya adalah lagu "Testify" merupakan lagu jazz vocal yang menampilkan kembali kolaborasi Washington dengan Patrice Quinn yang juga membantu menulis liriknya. Lagu ini menjadi lagu dengan durasi paling singkat dari semua lagu di album ini. Rasanya bagus juga jika lagu ini menjadi tunggalan. Sub album "Earth" ini ditutup dengan "One of One" yang sekali lagi menyuguhkan kolaborasi dengan vocal choir serta permainan trompet Dontae Winslow.

Melangkah ke sub album "Heaven" yang lebih kental dengan gospel, "The Space Travelers Lullaby" menggugah dengan orkestrasi indahnya bersama vocal choir yang keindahan musikalitasnya susah dijelaskan dengan kata-kata. Pas sebagai pembuka "Heaven" yang menurut Washington berkonsep batiniah.

Track berikutnya "Vi Lua Vi Sol" tampil dengan vocal autotune, disusul dengan lagu "Street Fighter Mas" yang bertempo sedang dengan elemen vocal choir dan trombone Ryan Porter. Lagu ini mengingatkan kita dengan lagu "Truth" dalam mini album "Harmony of Difference". Sebagai informasi, lagu ini sudah tersedia video musiknya. Sesuai dengan judul lagunya, tentu saja tema video musiknya adalah... Ya, Street Fighter, game yang sangat populer di tahun 1990an.

Berikutnya "Song for the Fallen" menyusul dengan tempo sedang, menampilkan kolaborasi Washington dengan elemen keyboard Cameron Graves and Brandon Coleman serta bass elektrik oleh Thundercat. Sesekali vocal choir menghiasi beberapa bagian lagu. Komposisi yang sungguh menarik untuk dinikmati.

"Journey" mengalun syahdu bertempo lambat dengan vocal manis Patrice Quinn diiringi sentuhan organ Brandon Coleman dan (lagi-lagi) trombone Ryan Porter yang pas buat sekedar nyantai di pekarangan rumah misalnya.

"The Psalmnist" merupakan nomor berikutnya. Sebagai informasi, track ini juga terdapat pada album Ryan Porter yang berjudul "The Optimist" yang rilis 23 Februari 2018 lalu. Bisa dibilang lagu ini lagu lama karena kabarnya telah direkam sepuluh tahun lalu.

Lagu "Show Us the Way" tampil layaknya album anthem meskipun liriknya hanya tiga baris yang dinyanyikan berulang-ulang oleh vocal choir. "Will You Sing" menutup sub album ini yang merepresentasikan semangat untuk menjadikan dunia lebih baik.

Secara keseluruhan, baik "Heaven and Earth" dan The Choice" adalah album terbaik Washington selama ini. Album ini cenderung bergenre contemporary art jazz yang unik namun tetap bercita rasa universal. Kolaborasinya dengan sejumlah musisi jazz senior mampu membuahkan karya musik jazz yang tidak monoton sehingga bisa dinikmati oleh banyak khalayak. Rasanya tidak berlebihan jika album ini merupakan salah satu album jazz terbaik di tahun 2018 ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun