Salah satu media sosial atau medsos yang paling sering kita gunakan adalah Instagram. Medsos milik Facebook, Inc. ini digunakan untuk berbagi foto atau video pendek kepada teman atau sahabat, saudara atau bahkan orang asing yang tidak kita kenal karena kita telah menyetujuinya untuk menjadi pengikut atau kita yang mengikuti akun mereka, walaupun kita tidak mengenal mereka secara personal.
Ada sejumlah alasan yang menurut saya menjadi alasan seseorang memutuskan untuk menjadi pengikut akun-akun lain di Instagram. Alasan pertama (walau saya belum tahu survei yang valid), pastinya adalah mengikuti akun-akun teman atau kerabat. Kedua, bisa juga karena ngefans dengan pemilik akun tersebut, misalnya pemilik akun tersebut adalah selebritas terkenal. Alasan ketiga karena akun tersebut cocok dengan minat atau hobi, misalnya tentang traveling atau memancing.Â
Alasan keempat... Tunggu... Tulisan ini tidak bermaksud membahas tentang hal tersebut karena pasti akan ada ribuan alasan. Sebenarnya saya hendak membagikan pendapat saya tentang medsos satu ini.
Baiklah, jika banyak orang memiliki akun Instagram untuk berbagi foto-fotonya, lain halnya dengan saya. Saya membuat satu akun di Instagram tujuannya bukan untuk berbagi foto-foto kegiatan saya. Alih-alih melihat foto-foto tentang saya, teman atau kerabat atau teman asing saya yang menjadi pengikut atau mengikuti akun saya malah mendapati akun saya kosong tanpa foto satupun. Saya justru ingin melihat atau menikmati foto-foto atau video milik akun yang saya ikuti atau yang mengikuti akun saya.
Jumlah akun yang saya ikuti ataupun akun lain yang mengikuti akun saya sampai saat ini masing-masing kurang dari 100 akun. Serius, memang segitu. Mungkin jauh di bawah akun Anda, kecuali jika Anda tidak punya akun di Instagram. Di luar teman atau kerabat, saya lumayan selektif dengan akun-akun yang saya ikuti atau yang mengikuti akun saya. Meski demikian, akun Instagram saya sifatnya terbuka dan tidak akan saya atur sebagai akun private.
Saya juga tidak pernah iseng mencari akun misalnya akun teman-teman masa sekolah atau teman-teman kuliah atau teman-teman di kantor sebelumnya. Nama akun saya di Instagram pun jauh berbeda dengan nama saya sehingga sulit melacak real account saya sampai saya memberitahukannya kepada Anda. Ingin tahu nama akun saya di Instagram? Rahasia, dong... hehe. Tapi kalau Anda sudah tahu akun saya, bisa jadi Anda sudah masuk di deretan followers atau following saya. Selain dari itu, saya puji Anda sebagai orang hebat.
Saya membuat akun di Instagram awalnya dari kesukaan saya melihat foto-foto bagus di 500px. Situs fotografi itu selalu menampilkan foto-foto indah dari banyak fotografer dari berbagai negara. Sejak mengenal Instagram, kebiasaan saya berubah. Ini karena Instagram tampil lebih simpel dan lebih personal. Saya juga bisa mengomentari secara langsung hasil jepretan mereka lewat fitur komentar. Walaupun 500px juga punya akun resmi di Instagram, saya justru belum mengikutinya.
Setiap hari saya membuka akun Instagram saya untuk melihat unggahan foto-foto terbaru dari sejumlah akun favorit saya, kadang memberi like untuk foto-foto yang saya suka atau memberi beberapa komentar barang satu atau dua kalimat atau bahkan lebih panjang khususnya untuk foto-foto yang sangat saya suka. Hanya sesekali saja saya melihat foto-foto teman atau kerabat saya.
Untuk menemukan akun-akun lainnya yang berkonten foto-foto apik, biasanya saya menggunakan fitur pencarian yang akan menampilkan foto-foto secara acak berdasarkan foto-foto yang pernah saya lihat, atau yang pernah saya like, atau foto-foto dari akun yang diikuti oleh teman atau kerabat saya. Itu banyak sekali. Dari situlah awal saya menjadi pengikut atau mendapat pengikut.
Belakangan saya juga mulai suka melihat foto-foto tentang kuliner baik dalam format foto atau video. Beberapa postingan jenaka yang saya lihat di fitur ini pun cukup membuat saya berderai tawa. Postingan tentang hewan juga sering saya lihat. Sejumlah komik strip pun acap saya baca termasuk juga postingan yang berisi teks motivasi. Pendek kata, saya mampu melihat dunia dengan melihat secara visual lewat Instagram dengan menggunakan gadget saya.
Sayangnya akhir-akhir ini saya kerap menemukan postingan di Instagram yang melenceng dari misi bersosial atau berbagi foto. Kadang muncul akun tidak jelas dengan sejumlah postingan yang menyerempet ke hal lain yang sensitif, pandangan politik tertentu atau bahkan sentimen SARA, sehingga sejumlah konten dinilai mengusung ujaran kebencian.